Selain air hujan yang cukup deras, banjir juga dikarenakan kiriman air dari Bendungan Bili-bili, Kabupaten Gowa, yang debit airnya meningkat hingga 101,39 meter. Pintu air pun terpaksa dibuka guna mencegah jebolnya bendungan terbesar di Sulawesi Selatan itu. “Kalau sampai melebihi angka 103 sentimeter, maka bendungan bisa saja jebol,” kata Bupati Gowa Adnan Purichta Ihsan. Adnan menyebut ada empat jembatan penghubung terputus di wilayahnya. Selain banjir, sejumlah wilayah di Kabupaten Gowa juga longsor. Enam orang dilaporkan meninggal dunia. “Ada empat jembatan (yang terputus), salah satunya di Bongaya. Ada jalan lain bisa ditempuh meski agak jauh. Kita harus memutar. Dari laporan yang kami terima ada enam orang korban jiwa yang dinyatakan meninggal dunia,” katanya Bahkan, sebuah jembatan dan sejumlah rumah warga berbahan kayu terseret arus aliran Sungai Jeneberang yang meluap.Stay safe Indonesia! Stay safe sulsel! Let's pray together. #PrayForSulsel pic.twitter.com/R0TZi1kCX2
— Irma シ (@zhirma_) January 22, 2019
This tweet is unavailable
Jembatan Kembar yang menghubungkan Kota Makassar dengan kabupaten bagian selatan di Sulsel juga sempat ditutup. Pasalnya, arus sungai sangat deras dan Jembatan Kembar yang padat kendaraan yang menyeberang ini sempat bergoyang.Detik2 sebuah rumah panggung hanyut terbawa banjir besar di Kecamatan Tamaletea, Kab. Jeneponto selasa siang (22/1).
— Daeng Info (@Daeng_Info) January 22, 2019
via @wawan_kalumeme#PrayForSulsel pic.twitter.com/csPCAmp6dj
This tweet is unavailableTim SAR gabungan dan BPBD kabupaten/kota serta aparat kepolisian hingga kini masih membantu evakuasi warga yang terkepung banjir. (DWK)
Tinggalkan Komentar