Grab Kembangkan AI untuk Bantu Atasi Kemacetan

Kemala Putri . November 23, 2018
Teknologi.id - Grab saat ini tengah mengembangkan teknologi artificial intelligence (AI) untuk membantu mengatasi kemacetan parah di sejumlah kota-kota Asia Tenggara. Grab sendiri saat ini sudah beroperasi di 225 kota di 8 negara. Deputy Director NUS Institute of Data Science sekaligus Co-Director Grab-NUS AI Lab, Professor Ng See-Kiong, mengungkapkan pihaknya sedang mengembangkan algoritma khusus dari big data yang dimiliki Grab bekerja sama dengan National University of Singapore (NUS), untuk memecahkan masalah kemacetan di sejumlah kota seperti Jakarta, Singapura, Manila, Bangkok, Kuala Lumpur, dan Phnom Penh. "Riset dikembangkan dari algoritma untuk mendeteksi lalu lintas dan memprediksi arus perjalanan urban yang didasarkan atau informasi perjalanan domestik," terang Ng di Kampus NUS, Singapura, Kamis (22/11/2018). Grab sendiri sejak 2012 telah mengumpulkan big data yang besarnya mencapai 3 Petabytes. Ini setara dengan rekaman video HD selama 40 tahun atau 690.000 DVD. Investasi awal untuk AI Lab ini mencapai SGD 6 juta. Pihaknya saat ini juga sedang membuat algoritma AI untuk menentukan lokasi akurat perpindahan kendaraan. Kemudian mengindentifikasi dan memetakan layanan-layanan trasportasi, termasuk transportasi publik. Hal ini memungkinkan pemerintah bisa menentukan lokasi-lokasi yang sangat akurat untuk kemudian mengoperasikan transportasi masal, maupun kebijakan pengaturan kendaraan lainnya.

Mengidentifikasi perilaku driver dan penumpang

Menurut Ng, penyusunan algoritma AI ini mencakup penggunaan big data dari Grab terkait perilaku dan kebiasaan pengendara dari mitra-mitra Grab maupun konsumen. Dia mencontohkan, dengan menggunakan data dari Grab, pihaknya bisa mengidentifikasi titik-titik di Jabodetabek yang meliputi penumpukan kendaraan, pergerakan manusianya, hingga kecepatan kendaraan, lengkap dengan data waktu yang realtime. "Anda bisa lihat di Jakarta saat jam pagi dan malam berbeda arus lalu lintasnya, arus kendaraannya bergerak kemana saja. Sama halnya dengan kota lain seperti Singapura dan Kuala Lumpur. Data ini pula sangat penting, bisa dipakai nantinya bisa dipakai untuk AI pada mobil tanpa supir," jelas Ng. Dia menuturkan, saat ini, pemerintah Singapura sudah menggunakan data yang dikembangkan dari algoritma yang dikembangkan labnya tersebut. Big data pergerakan kendaraan beserta penghuni kota sangat penting untuk menentukan lokasi pemberhentian transportasi masal. "Di Singapura sendiri, ketika pemerintah mau menentukan lokasi hunian untuk warganya, pemerintah Singapura akan melihat pergerakan kendaraan dan titik-titik awal tujuan. Baru kemudian ditentukan lokasi yang pas. Kami juga akan menawarkan solusi ini ke pemerintah lain, termasuk Jakarta," ujar Ng. (DWK)
author0
teknologi id bookmark icon

Tinggalkan Komentar

0 Komentar