Foto: PSU Edu
Teknologi.id – Pada era teknologi saat ini banyak informasi yang
disampaikan melalui internet.
Misalnya portal berita online maupun
media sosial.
Netizen membutuhkan informasi di
berbagai bidang misalnya untuk hobi, pekerjaan, pendidikan atau topik yang
sedang viral.
Kencangnya arus informasi ini
memiliki dampak positif dan juga negatif. Dampak positif misalnya
menambah pengetahuan dan wawasan.
Namun ada dampak negatif yang
bisa terjadi, misalnya misinformasi
dan disinformasi, hoax
atau berita bohong, pencurian data,
dan lainnya.
Adanya kesalahan penerimaan isi
informasi (misinformasi) bisa jadi terjadi karena gaya bahasa yang dipakai oleh media tersebut yang kurang tepat.
Media online seperti portal
berita maupun media sosial boleh memilih gaya bahasa mereka sebagai ciri khas dalam penyampaian informasi.
Tidak hanya gaya bahasa, tetapi
bahasa yang digunakan juga sangat penting. Di Indonesia umumnya media
menggunakan bahasa Indonesia maupun bahasa Inggris.
Banyak media yang berkualitas
yang menyajikan informasi menggunakan bahasa Inggris. Namun, tidak semua orang
menguasai bahasa tersebut.
Sehingga banyak orang yang
memilih mencari informasi yang menggunakan bahasa yang dikuasai misalnya bahasa
Indonesia.
Terkadang informasi yang disampaikan
bisa membuat pemahaman yang salah ataupun menyesatkan.
Konten Menyesatkan (Misleading Content)
Konten menyesatkan adalah
penggunaan informasi untuk membingkai suatu isu atau individu tertentu.
Misleading content dapat diciptakan dengan sengaja. Informasi ditampilkan dengan menghilangkan konteksnya untuk mengarahkan opini pembaca agar
sesuai dengan keinginan pembuatnya.
Hal ini dapat dilakukan misalnya
dengan cara mengedit foto dengan teknik cropping, mengutip pernyataan seseorang
tanpa menyertakan konteksnya, atau menampilkan statistik yang kurang sesuai.
Konteks yang Salah (False Context)
Konten ini berupa informasi benar
yang disampaikan dalam konteks yang
salah. Hal semacam ini dapat terjadi jika media menempatkan pernyataan
seseorang, gambar, juga video dalam konteks yang tidak sesuai dengan aslinya.
False context umumnya digunakan untuk menggiring opini pembaca,
baik untuk kepentingan politik maupun isu lainnya.
Tips menghindari hoax
Foto: Head Topics
1. Cek kredibilitas sumber
Langkah pertama yang paling mudah
untuk mencegah kesesatan informasi adalah dengan mencari tahu sumber informasi.
Hal ini dapat dimulai dari
pertanyaan kritis seperti siapa yang menulis informasi tersebut? Apa sumber
yang digunakan penulis tersebut?
Apabila sumber informasi adalah website,
latar belakang dapat dicek melalui menu
‘About Us’. Jika informasi berasal dari individu, latar belakang konten
dapat dilihat dari jejak digital di masa lalu.
2. Cek keakuratan fakta dengan komparasi
Cek informasi yang diterima
dengan melihat perbandingan informasi yang
didapat dari satu sumber dengan sumber lainnya.
Pengutipan yang dirujuk oleh
sumber informasi juga perlu diperhatikan. Jika informasi yang didapat penting
dan kompleks, tetapi sumber tidak memadai, curigai hal tersebut.
3. Cek keaslian foto
Baca juga: 4 Cara Cek Keaslian Foto agar Terhindar Hoax di Internet
Di era teknologi digital saat ini
, bukan hanya konten berupa teks yang bisa dimanipulasi, melainkan juga konten
lain berupa foto atau video.
Cara untuk mengecek keaslian foto
bisa dengan memanfaatkan mesin pencari Google, yakni dengan melakukan
drag-and-drop ke kolom pencarian Google
Images.
Hasil pencarian akan menyajikan
gambar-gambar serupa yang terdapat di internet sehingga bisa dibandingkan.
Dari ulasan di atas, untuk
menghindari hoax maka harus dilakukan oleh 2 aktor yakni pemberi informasi dan pembaca.
Pemberi informasi yang baik harus
menggunakan sumber, gaya bahasa, dan kaidah penulisan yang benar dan sesuai
tempatnya.
Sedangkan untuk pembaca harus
teliti mengenai sumber yang dibaca dan isi dari informasi tersebut. Jangan
sampai salah mengartikan dan menyebarkan sehingga membuat berita palsu alias hoax.
(fpk)
Tinggalkan Komentar