Foto: Courtesy
Teknologi.id - Pada sebuah kompetisi di Virginia Tech yang diikuti oleh tim mahasiswa dari seluruh dunia, tim Indonesia bernama Tim Bimantara EEPISAT berhasil meraih juara ketiga dalam kompetisi tahunan Design-Build-Launch yang bertemakan teknologi luar angkasa.
Masyarakat American Astronautical Society (AAS) menyelenggarakan kompetisi CanSat tahunan, sebuah kompetisi Design-Build-Launch yang berkaitan dengan ruang angkasa. Kompetisi tersebut dimulai sejak tanggal 9 hingga 12 Juni di Virginia Tech, salah satu universitas ternama di Blacksburg, Virginia.
Kompetisi CanSat ditujukan untuk mahasiswa dari seluruh dunia. Kompetisi ini memberi kesempatan kepada setiap tim yang berpartisipasi untuk menunjukkan keahlian mereka dengan mempresentasikan proyek rekayasa, mulai dari desain konseptual, perakitan dan pengujian, serta operasi sistem yang diciptakan.
Setiap tim harus mampu merancang dan membangun semacam sistem antariksa sesuai dengan pedoman kompetisi dan kemudian bersaing untuk menjadi pemenang. Panitia menyediakan roket dan setiap tim bertanggung jawab untuk mendanai pembangunan proyek yang disebut CanSat (simulasi satelit seukuran kaleng minuman ringan).
Baca juga: Mahasiswa Asal Jember Jadi Pekerja WNI Pertama di Tesla Jerman
Tim Bimantara EEPISAT
Salah satu tim peserta kompetisi ini berasal dari Indonesia yang terdiri dari lima mahasiswa Politeknik Teknologi Elektronik Negeri (PENS) Surabaya. Setelah mencoba di tahun 2020 tetapi gagal karena keterlambatan presentasi, mereka kembali bergabung dan menempati urutan keenam dalam kompetisi CanSat 2021 yang diadakan secara virtual lantaran pandemi COVID-19. Tak puas dengan hasil tersebut, mereka akhirnya bisa mengikuti kompetisi CanSat secara langsung di Virginia Tech, Amerika Serikat.
Bahkan, berkat usaha dan kesabaran seluruh anggota, tim mahasiswa PENS mampu mengalahkan tim lain kecuali Tim Descendere dari Assessment College Thailand dan Tim PWr Aerospace dari Wroclaw University of Science and Technology, Polandia yang meraih posisi pertama dan kedua. Tim mahasiswa PENS atau Tim Bimantara EEPISAT berada di posisi ketiga.
Tim yang terdiri dari lima mahasiswa, yaitu Aghist Fitrony, I Made Nugi, Piko Permata, Rafi Jusar, dan Zulfikar Davbi yang menjadi ketua tim. Mereka mengatakan tidak adanya dana dan sarana untuk mengikuti kontes di Amerika Serikat, kecuali kesungguhan, usaha tanpa lelah, dan bahkan visa ke Amerika Serikat yang tidak ada kepastian hingga beberapa hari terakhir menjelang penyelenggaraan kompetisi CanSat.
Mereka juga mengatakan bahwa tim mereka didukung penuh oleh universitas, namun yang terpenting adalah tidak hanya dukungan dari pemerintah daerah di Jawa Timur tetapi juga peran serta berbagai perusahaan yang mendukung tim mereka melalui donasi.Tim Bimantara EEPISAT juga berterima kasih kepada KBRI Washington DC yang telah memfasilitasi transportasi dari dan ke lokasi tes yang memerlukan lima jam perjalanan dari ibu kota AS. Selain itu, mereka merasa terhormat diundang ke KBRI untuk bertemu dengan Duta Besar Rosan Roeslani, Atase Pendidikan dan Kebudayaan Popy Rufaidah, Ph.D, dan para pejabat lainnya.
Berkaitan dengan performa tim di kompetisi CanSat, tim mahasiswa PENS sangat bangga bisa memenuhi keinginan mereka untuk mengibarkan bendera merah putih dalam kompetisi bergengsi, bukan hanya secara individu, namun secara tim.
Foto: Courtesy
Kompetisi ini dinilai bergengsi di bidang simulasi satelit mini berbentuk kaleng dengan ukuran 40 cm x 12 cm dan berat kurang dari 600 gram.
Untuk merebut juara ketiga, tim Bimantara EEPISAT tidak hanya mempersiapkan diri dengan serius dan antusias menjelang kompetisi, namun juga terus fokus mempersiapkan presentasi selanjutnya.
"Agak menakutkan bertemu teman-teman dari negara lain yang membawa antena besar, dua antena, banyak staf dan dosen mereka, kami pun hanya dapat dibimbing oleh dosen kami secara online karena kami tidak membawa dosen. Pada saat upacara penghargaan, kami berada di tempat ketiga dan kami masih tidak percaya kami bisa mengalahkan negara lain," kata Zulfikar.
Baca juga: Magang di Mercedes-Benz Inggris, Begini Cerita Mahasiswa ITS
Mereka juga tidak percaya bila bendera Merah Putih dapat berkibar di sebuah kompetisi bergengsi di Amerika Serikat dan berkesempatan untuk bertemu dengan beberapa juri yang merupakan orang penting dalam bidang aerospace dan astrounika di Amerika Serikat, "Sangat bersyukur atas kesempatan seperti itu," kata mereka.
"Kami juga dari kampus kecil. Kami juga berasal dari sekolah kejuruan dimana pendidikan kejuruan Indonesia memiliki wajah yang sangat kecil dan dianggap sangat tidak baik untuk mata tetangga, tapi saya sangat bersyukur berada di Amerika Serikat dan membawa piala tersebut,” kata Zulfikar.
(AKA)
Tinggalkan Komentar