Teknologi.id - Dalam penelitian terbaru, para peneliti telah mengungkapkan adanya celah pada teknologi 5G yang dapat dieksploitasi oleh hacker untuk mengintai pengguna ponsel.
Kelemahan ini terletak pada baseband, bagian penting dari prosesor komunikasi yang memungkinkan perangkat bergerak untuk terhubung ke jaringan seluler. Ancaman ini tidak hanya mengancam privasi pengguna, tetapi juga dapat berdampak pada keamanan data pribadi dan komunikasi.
Baca juga: Sinyal WiFi Kurang Lancar? Coba Cara Ini untuk Optimalkan Jaringannya
Baseband adalah bagian dari perangkat keras ponsel yang bertanggung jawab untuk menangani semua komunikasi radio antara ponsel dan menara seluler. Baseband ini memproses sinyal digital dan menerjemahkannya menjadi sinyal radio yang dapat dikirim dan diterima oleh jaringan seluler.
Dalam konteks 5G, baseband memegang peranan penting karena teknologi ini menawarkan kecepatan data yang lebih tinggi dan latensi yang lebih rendah dibandingkan generasi sebelumnya.
Namun, baseband juga menjadi titik lemah yang sering diabaikan dalam keamanan ponsel. Celah keamanan pada baseband dapat dimanfaatkan oleh pihak tidak bertanggung jawab untuk mengakses data sensitif tanpa sepengetahuan pengguna. Ancaman ini semakin meningkat seiring dengan aplikasi 5G yang semakin meluas.
Penelitian terbaru menunjukkan bahwa ada beberapa kerentanan pada baseband 5G yang dapat dieksploitasi oleh hacker. Para peneliti dari Universitas Pennsylvania mempresentasikan penemuan mereka itu pada konferensi keamanan siber, Black Hat di Las Vegas pada hari Rabu, (07/08/2024), juga dalam bentuk makalah akademis.
Baca juga: Menkominfo Tegaskan Sinyal Internet di IKN Kencang dan Sudah Didukung 5G
Ciptaan mereka yakni sebuah alat analisis khusus dengan nama, 5GBaseChecker, tim peneliti mengungkap kerentanan baseband pada Samsung, MediaTek, dan Qualcomm, yang digunakan dalam ponsel yang dibuat Google, OPPO, OnePlus, Motorola, dan Samsung.
Tim yang beranggotakan, Kai Tu, Yilu Dong, Abdullah Al Ishtiaq, Syed Md Mukit Rashid, Weixuan Wang, Tianwei Wu, dan Syed Rafiul Hussain, merilis aplikasi ciptaan mereka, agar para peneliti lain dapat membuktikan kelemahan dari 5G.
Salah satu kerentanan yang ditemukan memungkinkan pelaku untuk melakukan serangan jarak jauh terhadap perangkat yang terhubung ke jaringan 5G. Hacker dapat memanfaatkan celah ini untuk mengganggu komunikasi pengguna, melacak lokasi mereka, dan bahkan mengakses data pribadi seperti pesan teks dan panggilan telepon.
Kerentanan ini menjadi lebih berbahaya karena serangan dapat dilakukan tanpa disadari pengguna, bahwa mereka telah menjadi target serangan. Dalam beberapa kasus, hacker dapat menginfeksi baseband dengan malware yang dapat tetap tersembunyi dan sulit dideteksi oleh perangkat lunak keamanan.
Kerentanan ini juga dapat digunakan untuk mengganggu layanan jaringan seluler. Dalam skenario terburuk, hacker dapat memanipulasi komunikasi antara perangkat dan menara seluler, yang dapat menyebabkan gangguan pada jaringan dan mengakibatkan penurunan kualitas layanan.
Baca juga: Siap Kalahkan 5G, Jepang Tontonkan Jaringan 6G Kecepatan 100 Gbps!
Dilansir dari TechCrunch, Para peneliti mengatakan bahwa sebagian besar vendor yang mereka hubungi telah memperbaiki kerentanan tersebut. Pada saat penulisan, para peneliti mengidentifikasi dan menambal 12 kerentanan di pita dasar 5G yang berbeda.
Menanggapi temuan ini, sebagian produsen seperti Samsung dan juga Google, mengumumkan usaha mereka untuk memperbaiki kekurangan tersebut. Namun pihak MediaTek dan Qualcomm belum memberikan komentar mereka.
Dengan adopsi 5G yang semakin meluas, penting bagi pengguna dan penyedia layanan untuk menyadari potensi ancaman yang ada. Celah pada baseband 5G menunjukkan bahwa meskipun teknologi ini membawa banyak manfaat, juga memiliki risiko yang perlu diatasi.
Keamanan siber harus menjadi prioritas utama dalam pengembangan dan implementasi teknologi baru seperti 5G. Dengan langkah-langkah pencegahan yang tepat, risiko ini dapat diminimalkan, sehingga pengguna dapat menikmati manfaat 5G dengan lebih aman.
Baca berita dan artikel lainnya di : Google News.
Tinggalkan Komentar