Sumber: Mark König / Unsplash
Teknologi.id – Swedia kembali menjadi pelopor di dunia musik. Negara yang dikenal dengan inovasi kreatif ini resmi meluncurkan lisensi musik khusus untuk kecerdasan buatan (AI). Langkah ini memungkinkan perusahaan AI menggunakan lagu berhak cipta secara legal untuk melatih model mereka, sekaligus memastikan penulis lagu dan komposer tetap mendapatkan bayaran.
Lisensi Musik AI: Jalan Tengah Kreativitas dan Teknologi
Inisiatif ini diumumkan oleh STIM, organisasi hak musik di Swedia yang mewakili lebih dari 100.000 penulis lagu, komposer, dan penerbit musik. Lisensi baru ini dirancang agar perusahaan AI bisa melatih model dengan lagu berhak cipta, namun tetap membayar royalti.
CEO sementara STIM, Lina Heyman, menegaskan bahwa langkah ini menjadi bukti gangguan teknologi tidak selalu mengancam kreativitas manusia. “Ini bukan hanya inisiatif komersial, tetapi juga cetak biru untuk kompensasi yang adil dan kepastian hukum bagi perusahaan AI,” ujarnya.
Baca juga: Menkes Kirim Tim Pelajari Uji Klinis Vaksin Kanker Buatan Rusia
Tantangan Industri Musik di Era AI
Ledakan penggunaan AI generatif memang menimbulkan polemik global. Banyak musisi dan pemegang hak cipta menggugat perusahaan AI karena karya mereka dipakai tanpa izin.
Menurut CISAC (Konfederasi Internasional Masyarakat Pengarang dan Komposer), tanpa regulasi jelas, AI bisa memangkas pendapatan kreator musik hingga 24% pada 2028. Hal ini berpotensi mengancam keberlangsungan industri musik dunia.
Potensi Ekonomi Musik AI
Meski penuh tantangan, peluang ekonomi dari musik berbasis AI sangat besar. CISAC memperkirakan output AI generatif di sektor musik bisa mencapai 17 miliar dolar AS (Rp277 triliun) pada 2028.
Banyak ahli menilai, jika diatur dengan baik, AI justru bisa menjadi peluang baru bagi musisi independen. AI dapat membantu mereka menulis lirik, membuat aransemen, hingga memproduksi musik dengan biaya rendah—asal hak cipta tetap terlindungi.
Swedia, Pelopor Standar Industri Kreatif
Swedia memang dikenal sebagai negara yang berani membuat standar baru di industri musik. Sebelumnya, mereka menjadi pionir dalam pengaturan platform besar seperti Spotify dan TikTok.
Kini, lisensi musik AI ini bahkan dilengkapi teknologi pelacakan berbasis AI. Setiap karya yang dibuat bisa ditelusuri, sehingga pembayaran royalti menjadi transparan. Dengan sistem ini, konflik antara musisi dan perusahaan teknologi bisa diminimalkan.
Songfox Jadi Perusahaan Pertama
Startup asal Stockholm, Songfox, menjadi perusahaan pertama yang memakai lisensi ini. Mereka memungkinkan pengguna membuat lagu dan cover buatan AI secara legal. Artinya, siapa pun bisa berkreasi membuat remix atau musik orisinal tanpa takut terkena pelanggaran hak cipta.
Bagi industri musik, langkah ini bisa menjadi awal dari era baru musik digital, di mana kreator amatir lebih bebas bereksperimen dan musisi profesional tetap mendapat kompensasi.
Baca juga: Eli Lilly Luncurkan TuneLab, Platform AI untuk Percepat Penemuan Obat Baru
Masa Depan Musik yang Lebih Adil
Peluncuran lisensi musik AI di Swedia adalah tonggak penting dalam menjaga keseimbangan antara teknologi dan kreativitas. Jika langkah ini diikuti oleh negara lain, masa depan musik bisa lebih adil, transparan, dan berkelanjutan.
Baca Berita dan Artikel yang lain di Google News.
(mo)

Tinggalkan Komentar