Facebook Buka Suara Perihal Film "The Social Dilemma"

Rima Fidayani Rizki . October 05, 2020

Foto: Forbes

Teknologi.id - Film dokumenter besutan Netflix, The Social Dilemma, menjadi buah bibir yang ramai diperbincangkan akhir-akhir ini. Tak heran jika film yang dirilis awal September lalu ini masuk ke jajaran 10 film yang paling banyak peminatnya di Netflix.

Baca Juga: Seorang Desainer Raup Rp 2 Miliar karena Buat Ikon App iOS

Dilansir dari KompasTekno, Senin (5/10), film dokumenter ini mengekspos "sisi kelam" dunia media sosial yang seolah tidak lepas dari kehidupan manusia. Di dalam film ini, para mantan pegawai dan eksekutif perusahaan raksasa teknologi dan media sosial memberikan pandangannya mengenai cara kerja media sosial dan bagaimana mereka menarik pengguna.

Para mantan pegawai dan eksekutif yang terlibat dalam film dokumenter tersebut pernah bekerja di Facebook, Google, YouTube, Twitter, Instagram, hingga Pinterest. Tak ayal, The Social Dilemma memiliki potensi untuk mengubah cara pandang penontonnya terhadap media sosial.

Facebook yang turut menjadi sorotan dalam film dokumenter ini pun akhirnya bersuara. Bagi Facebook, apa yang disampaikan dalam film The Social Dilemma sangat berbeda dengan kenyataan yang sebenarnya.

Pihak Facebook berpendapat bahwa film tersebut menempatkan media sosial sebagai "kambing hitam" untuk masalah sosial yang kompleks. Lebih lanjut, bagi mereka film tersebut tidak memperlihatkan langkah yang diambil perusahaan untuk mengatasi berbagai masalah karena hanya mengandalkan komentar-komentar dari mereka yang tidak berada di perusahaan selama bertahun-tahun.

Facebook turut mengemukakan poin-poin yang tidak tepat menurut gambaran yang ditampilkan The Social Dilemma. Di antaranya, sangkalan terhadap pernyataan bahwa media sosial seperti Facebook sengaja merancang sistem agar pengguna kecanduan bermain medsos.

"Sebaliknya, kami ingin memastikan bahwa kami menawarkan sebuah nilai kepada masyarakat, dan tidak hanya mendorong penggunaan," terang pihak Facebook.

Sejak 2018 silam, Facebook mengklaim telah mengubah sistem sehingga memberikan dampak terhadap waktu penggunaan media sosial tersebut yang berkurang hingga 50 juta jam per hari.

Facebook juga membantah tudingan penerapan algoritma yang diduga menyajikan informasi tentang berita politik tertentu yang mempengaruhi pola pikir penggunanya. Pihak Facebook juga menolak dianggap sebagai platform yang meraup keuntungan dari berita hoaks.

Baca Juga: Penuh Tipuan! Ini Dia 5 Game Seru yang Mirip "Among Us"

"Facebook satu-satunya perusahaan yang bermitra dengan lebih dari 70 pemeriksa fakta. Misinformasi yang berpotensi menimbulkan kekerasan, cedera fisik, dan penindasan dihapus langsung, termasuk misinformasi tentang Covid-19," pungkas Facebook.

(rf)

author0
teknologi id bookmark icon

Tinggalkan Komentar

0 Komentar