
Foto: WPN
Teknologi.id - Saat harga Bitcoin tembus rekor tertinggi sepanjang masa di akhir 2025, penambangan kripto ilegal justru jadi bom waktu bagi negara-negara Asia Tenggara. Malaysia kembali jadi sorotan setelah otoritas berhasil sita 14.000 mesin penambang Bitcoin dalam satu operasi besar-besaran. Yang bikin kasus ini beda: penemuan dilakukan lewat drone canggih yang deteksi panas, bukan razia darat biasa. Kerugian listrik yang dicuri selama lima tahun terakhir diperkirakan mencapai 1,1 miliar dolar AS atau sekitar Rp17 triliun, cukup untuk pasok listrik satu juta rumah tangga selama setahun.
Operasi dipimpin langsung oleh Wakil Menteri Transisi Energi dan Transformasi Air Malaysia, Akmal Nasrullah Mohd Nasir, bersama Tenaga Nasional Berhad (TNB) pada 5 Desember 2025. Total 14.000 rig disita dari puluhan lokasi di Selangor, Johor, dan Perak. Sebagian besar mesin itu beroperasi di bangunan pabrik tua, gudang kosong, dan rumah-rumah bertingkat yang dimodifikasi jadi “peternakan” kripto.
Menurut TNB, konsumsi listrik dari lokasi-lokasi ini melonjak hingga 300 persen sejak Mei 2025, jauh di atas penggunaan normal. Penyitaan ini jadi yang terbesar dalam sejarah Malaysia, melampaui rekor sebelumnya 8.000 rig pada 2023.
Drone Thermal jadi Mata Elang Penegak Hukum
Yang paling menarik adalah penggunaan drone berteknologi thermal imaging untuk deteksi awal. Drone ini terbang rendah di atas kawasan industri dan pemukiman, lalu merekam suhu permukaan bangunan. Rig penambang Bitcoin menghasilkan panas ekstrem karena bekerja nonstop 24 jam, sehingga muncul sebagai “titik panas” jelas di layar. Setelah drone mengidentifikasi target, tim darat langsung bergerak dengan alat sensor listrik untuk mengkonfirmasi laporan dan mengambil tindakan. Cara ini jauh lebih cepat, hemat biaya, dan minim risiko bentrok fisik dibanding razia manual. Akmal Nasrullah dilansir dari wartaekonomi menegaskan, “Teknologi drone ini ubah cara kami berburu penambang ilegal. Dulu butuh berminggu-minggu, sekarang cukup beberapa hari.”
Baca juga: “Uptober” Kembali: Bitcoin Melonjak Hampir 12% dan Dekati Rekor Tertinggi
Kerugian Ekonomi dan Dampak Lingkungan

Foto: bloomberg.com
TNB memperkirakan pencurian listrik untuk penambangan kripto ilegal rugikan negara 1,1 miliar dollar AS selama lima tahun terakhir. Angka ini setara dengan pasokan listrik untuk 800.000 rumah tangga selama setahun. Selain itu, beban berlebih ini sebabkan trafo sering jebol, kabel meleleh, bahkan kebakaran kecil di beberapa lokasi. Dari sisi lingkungan, 14.000 rig ini diperkirakan hasilkan emisi karbon setara 50.000 mobil bensin per tahun, karena mayoritas listrik Malaysia masih dari batu bara dan gas. Ini kontras dengan janji Malaysia capai net-zero emission pada 2050.
Modus Penambang Ilegal
Pelaku biasanya sewa bangunan kosong dengan nama orang lain, lalu pasang ribuan rig dalam semalam. Mereka sambung langsung ke tiang listrik (bypass meter) atau pakai trafo sendiri. Biaya listrik yang seharusnya ratusan juta ringgit per bulan jadi nol, sementara keuntungan Bitcoin mengalir deras. Satu rig rata-rata konsumsi 3 kW, jadi 14.000 rig sama dengan 42 MW, setara konsumsi satu kota kecil.
Akmal Nasrullah tegas, “Ini bukan hanya soal pencurian listrik, tapi juga sabotase infrastruktur nasional. Kami akan musnahkan semua rig ini dengan alat berat, seperti yang sudah kami lakukan sebelumnya.” Sejak 2021, Malaysia sudah musnahkan ribuan rig senilai miliaran ringgit dengan cara digilas buldoser, simbol perang total terhadap penambangan ilegal. Pemerintah juga rencanakan perketat regulasi: wajibkan laporan konsumsi listrik tinggi oleh pemilik bangunan, kerja sama dengan bank untuk lacak transaksi mencurigakan, dan tambah armada drone thermal di seluruh negara bagian.
Di Indonesia, kasus serupa juga marak, terutama di Jawa Barat, Sumatera Utara, dan Kalimantan. PLN pernah sita ribuan rig pada 2024 dengan kerugian listrik mencapai Rp2 triliun. Penggunaan drone seperti di Malaysia bisa jadi inspirasi untuk percepat deteksi tanpa harus razia door-to-door.
Baca juga: Didorong Kebijakan Pro-Kripto, Bitcoin Cetak Rekor di Era Trump
Teknologi jadi Senjata Dua Sisi
Kasus Malaysia ini tunjukkan dua sisi mata uang teknologi. Di satu sisi, kripto dan blockchain janjikan revolusi keuangan. Di sisi lain, penyalahgunaannya bisa rugikan negara miliaran dan rusak lingkungan. Drone yang tadinya dipakai untuk survey lahan atau kirim paket, kini jadi “mata elang” penegak hukum. Saat Bitcoin terus naik, pertanyaannya bukan lagi “apakah penambangan ilegal akan muncul lagi”, tapi “seberapa cepat kita bisa deteksi sebelum terlambat”. Dengan operasi ini, Malaysia kirim pesan tegas ke dunia: inovasi boleh, tapi jangan curi listrik rakyat.
Baca Berita dan Artikel lainnya di Google News
(AA/ZA)

Tinggalkan Komentar