Penelitian Terbaru Ungkap Virus Corona Lambat Bermutasi

Sutrisno Zulikifli . March 27, 2020
Foto: New Scientist


Teknologi.id - Penelitian terbaru yang dilakukan di Italia mengungkap bahwa laju mutasi virus corona (Covid-19) ternyata relatif lambat.

Studi yang dilakukan oleh dua tim independen berbeda dari Institut Nasional untuk Penyakit Infeksi (IRCCS) Lazzaro Spallanzani di Roma dan Divisi Forensik dari Departemen Ilmu Biomedis dan Kesehatan Masyarakat (DSBSP) di Rumah Sakit Universitas Ancona sependapat bahwa laju mutasi virus corona lebih lambat daripada virus pernapasan lainnya seperti flu.

Virus corona stabil dalam bentuknya saat ini, dan karenanya tidak mungkin menjadi lebih berbahaya karena terus menyebar.

Dengan lambatnya mutasi virus corona, setiap vaksin yang sedang dikembangkan saat ini nantinya akan efektif digunakan secara menyeluruh di setiap negara selama periode waktu yang relatif lama.

"Ini adalah kabar yang menggembirakan, mengingat bahwa virus lain dapat dengan cepat bermutasi," bunyi laporan penelitian itu, seperti dilaporkan TechCrunch, Jumat (27/3/2020).

Baca juga: WHO Sebut Lockdown Saja Takkan Mampu Lawan Corona

Dalam penelitian tersebut, para peneliti menguji urutan gen (genome sequencing) dengan teknologi yang dikembangkan Thermo Fisher Scientific pada sampel virus corona yang diambil dari pasien Italia.

Kemudian, mereka membandingkan sampel dengan referensi genom yang diurutkan dari sampel virus yang diambil dari wabah di Wuhan sekitar dua bulan sebelumnya.

Hasilnya didapati perbedaan antara kedua sampel virus dianggap sangat kecil. Dalam hal variasi genetik, hanya lima varian baru muncul dalam sampel asal pasien Italia, dengan indikasi awal bahwa virus corona cukup stabil bahkan selama penularan yang panjang melintasi banyak individu dan populasi.

Mereka mengatakan itu karena berkaca kepada flu musiman yang jauh lebih ringan. Dan itulah sebabnya vaksin flu selalu diperbarui setiap tahunnya.

Baca juga: Empat Jenis Obat Virus Corona Siap Diuji Coba di 10 Negara

Selain studi Italia ini, penelitian sejenis yang dilakukan oleh John Hopkins University dan peneliti ilmu kesehatan lainnya di seluruh dunia juga mendukung hasil penelitian di Italia tersebut.

Peter Thielen, ahli genetika molekuler di Johns Hopkins University, mengatakan bahwa dari analisis terhadap 1.000 sampel Covid-19, hanya 4 hingga 10 perbedaan genetik antara strain yang telah menginfeksi orang di AS dan virus corona yang menyebar di Wuhan.

"Pada titik ini, tingkat mutasi virus akan menunjukkan bahwa vaksin yang dikembangkan untuk SARS-CoV-2 akan menjadi vaksin tunggal, bukan vaksin baru setiap tahun seperti vaksin flu," kata Thielen dikutip dari Business Insider, Kamis (26/3/2020).

(sz)

author0
teknologi id bookmark icon

Tinggalkan Komentar

0 Komentar