Penelitian Terbaru Ungkap Polusi Udara Buat Manusia Semakin Bodoh

Kemala Putri . October 05, 2018
Teknologi.id - Polusi udara adalah salah satu masalah yang sampai saat ini belum bisa ditangani hingga tuntas. Polusi udara akan semakin parah apalagi dimusim kemarau. Sumber polusi udara yang utama disebabkan oleh aktivitas industri dan transportasi terutama kendaraan bermotor yang menggunakan bahan bakar yang mengandung zat pencemar. Menurut World Health Organization (WHO), 9 dari 10 orang di dunia menghirup udara dengan tingkat pencemaran yang tinggi. Menghirup udara yang tercemar sangat membahayakan kesehatan. WHO menyatakan bahwa paling tidak 7 juta orang meninggal setiap tahunya akibat terpapar partikel polutan di udara yang memicu beberapa penyakit seperti; stroke, penyakit jantung, kanker paru-paru, diabetes, dan infeksi saluran pernafasan termasuk Pneumonia. Selain penyakit-penyakit tersebut, kini para ilmuwan menemukan fakta baru yang mengejutkan yaitu polusi udara juga dapat menurunkan kecerdasan manusia. Penelitian untuk mengetahui pengaruh polusi udara terhadap kecerdasan telah dilakukan di China dalam kurun waktu penelitian selama 4 tahun. Adapun bentuk tes yang dilakukan adalah dalam bentuk tes verbal dan tes matematika[4]. Meskipun tes ini dilakukan di China, riset ini dianggap relavan karena sekitar 95% populasi global kini menghirup udara yang tidak aman. Di Shijiazhuang, ibu kota Provinsi Hebei, tingkat Particulate Matter (PM2.5) melonjak menjadi 1.000 mikrogram per meter kubik.  PM2.5 adalah partikel polutan yang berukuran 0,1-2,5 nanometer. Padahal patokan dari WHO untuk tingkat rata-rata aman, maka PM2.5 tak lebih dari 10 mikrogram per meter kubik. Sementara itu, untuk PM2.5 di Kota Tianjin tercatat mencapai level 334 mikrogram per meter kubik, dan di Beijing mencapai 212 mikrogram per meter kubik.

Polusi udara di China. Kredit : Public Domain

Penurunan pengetahuan signifikan

Riset ini dilakukan hampir di seluruh penjuru China dengan level populasi udara yang berbeda. Penelitian ini dikuti oleh 20.000 partisipan berbagai usia penelitian ini juga menganalisis perbedaan antara laki-laki dan perempuan. Penelitian itu menunjukan bahwa semakin tinggi polusi udara mengakibatkan menurunnya signifikasi pada nilai tes verbal dan matematika. Bahkan jika dirata-ratakan akan setara dengan kehilangan pendidikan selama satu tahun. Efek yang lebih buruk terjadi pada mereka yang berusia diatas 64 tahun (lansia), mereka yang berjenis kelamin laki-laki, dan mereka yang berpendidikan rendah. Kemudian pada penelitian yang dilakukan oleh peneliti lain yakni Profesor Dr. Lilian Calderon-Garciduenas dan timnya dari University of Montana mengungkapkan bahwa anak-anak yang tinggal dikota-kota besar akan meningkatkan risiko untuk radang otak dan perubahan neurodegenerative, termasuk Alzheimer (pikun menahun) atau penyakit Parkinson (gangguan pada organ otak). Polusi udara juga mempengaruhi gen yang bernama polipoproteinepsilon 4 dimana gen ini dapat menurunkan IQ anak hingga 10 poin. Ketika partikel udara dan komponen seperti logam yang terhirup atau tertelan akan melewati beberapa organ, termasuk pernapasan, pencernaan dan menghambat darah ke otak sehingga dapat menimbulkan efek berbahaya jangka panjang. Selain adanya gangguan dalam penghalang darah ke otak, akan membuka pintu untuk neurotoksin berbahaya, bakteri dan virus.

Respon otak menurun

Selain itu pada tahun 2008 sebuah penelitian yang dilakukan atas kerjasama antara School of Public Health di Harvard University dan University of North Carolina di Chape Hill, menunjukan bahwa kadar ozon yang tercemar dapat menurunkan konsentrasi, menimbulkan short-term memory dan menurunkan respon otak yang setara dengan kemunduran otak pada usia 3,5-5 tahun lebih tua dari usia sebenarnya. Seperti yang dijabarkan sebelumnya bahwa polusi udara merupakan satu masalah yang telah mengglobal tapi belum dapat diatasi secara tuntas. Tapi kita dapat mengurangi dampaknya sedikit yaitu dengan cara: pertama kita dapat menggunakan energi ramah lingkungan. Kedua kita dapat mengurangi penggunaan kendaraan bermotor dengan cara menggunakan kendaraan umum, ketiga melakukan penanaman kembali (reboisasi).

Memakai masker ketika beraktivitas di lingkungan yang penuh polusi. Kredit: dinkes.inhukab.go.id
Meski penggunaan masker tidak bisa memproteksi sepenuhnya, tetapi maker bisa memperkecil risiko terjadinya terkena infeksi saluran pernapasan akut. Pada salah satu penelitian yang dimuat di British Medical Journal tahun 2009 dikatakan bahwa dari enam orang yang mempergunakan masker, maka dapat mencegah satu kejadian terjadinya ISPA. Jenis masker sendiri sangat beragam, namun yang paling banyak dijual di pasaran adalah masker tipe surgical mask (masker bedah). Penggunakan masker kain dan masker bedah sebenarnya kurang efektif untuk memfiltrasi partikel dan polutan. Sedangkan masker N95 jauh lebih baik karena masker ini mampu memfiltrasi partikel yang berukuran hingga 0,5 mikron. Sementara kita tahu bahwa kuman-kuman itu memiliki diameter rata-rata dibawah 5 mikron, namun masker ini juga kurang praktis digunakan karena mengingat harganya yang bisa dibilang cukup mahal. (DWK)
author0
teknologi id bookmark icon

Tinggalkan Komentar

0 Komentar