Teknologi.id - Meski tidak bisa melihat gerhana bulan kemerahan atau yang disebut beberapa kalangan sebagai 'super blood wolf moon', masyarakat Indonesia masih akan dapat menyaksikan fenomena bulan purnama super atau 'supermoon' pada Senin (21/1) malam ini dan Selasa (22/1).
Pada 21 Januari, bulan akan muncul secara penuh (purnama) di wilayah Indonesia. "Disebut bulan super karena bulan memasuki fase purnama saat berada pada jarak terdekat dengan bumi," kata Avivah Yamani, seorang penggiat astronomi.
Pada hari itu, bulan akan berada di atas cakrawala sejak matahari terbenam sampai fajar tiba. Jika langit cerah, kondisi itu kesempatan baik untuk mengamati bulan dan kawah-kawahnya. "Setelah fase purnama, waktu terbit bulan secara perlahan akan bergeser semakin malam," katanya seperti dikutip dari
Tempo.
Fenomena munculnya supermoon ini sebenarnya bersamaan dengan gerhana bulan. Berhubung di Indonesia terjadi ketika siang hari makan gerhana bulan tidak dapat disaksikan.
Meski demikian, Avivah mengingatkan, faktor cuaca amat menentukan untuk menyaksikan 'supermoon'.
"Untuk Bandung yang hujan dan berawan tebal, sepertinya akan susah untuk bisa membedakan bulan super 'yang lebih terang 30%' dari bulan purnama saat di titik terjauh dari Bumi."
"Kalau hujan dan awan, bulan tidak nampak. Kalau nampak di balik awan pun kita tidak bisa melihat bulan lebih terang," paparnya.
Jika cuaca bagus, publik dapat menyaksikan bulan purnama super dan gerhana bulan dengan mata telanjang secara aman.
Sebab berbeda dengan gerhana matahari, cahaya bulan purnama super dan gerhana bulan lebih redup sehingga aman untuk melihatnya tanpa peranti khusus.
(DWK)
Tinggalkan Komentar