LIPI Harap Orang Kaya Indonesia Juga Seperti Bill Gates Danai Pembuatan Vaksin COVID-19

Sutrisno Zulikifli . April 28, 2020
Siti Fadillah Supari (Foto: ANTARA)


Teknologi.id - Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) turut memberi apresiasi kepada salah satu orang terkaya dunia, Bill Gates yang begitu konsen dalam menangani pandemi COVID-19.

Diketahui, lewat yayasannya, Bill & Melinda Gates Foundation tak tanggung-tanggung telah menjanjikan total US$250 juta untuk lembaga negara dan kesehatan dalam membantu pengembangan diagnostik, terapi, serta percepatan pembuatan vaksin virus Corona baru (SARS-CoV-2).

Kepala Pusat Penelitian Bioteknologi LIPI, Puspita Lisdiyanti berharap, apa yang dilakukan oleh Bill Gates dapat merangsang jutawan Indonesia untuk ikut mendanai obat yang sampai sekarang belum ditemukan ini.

"Semoga di Indonesia juga banyak pengusaha yang dapat menyediakan dana riset," ujar Puspita dikutip dari CNNIndonesia, pada Selasa (28/4/2020).

BACA JUGA: Bill Gates Bela China dan WHO Soal COVID-19, Sebut Amerika Menyedihkan

Puspita mengatakan Indonesia sendiri telah menyiapkan berbagai produk seperti alat-alat sterilisasi berbasis ultra violet dan ozon. Dalam waktu dekat akan dilakukan berbagai upaya deteksi penyakit COVID-19, uji klinis imunomodulator berbasis herbal Indonesia, alat ventilator, dan whole genome sequencing.

Sejak 26 Maret lalu LIPI mengadakan pelatihan penanganan COVID-19. Pelatihan ini diikuti 850 peserta yang akan dijadikan tim untuk deteksi COVID-19 berdasarkan Real-Time Polymerase Chain Reaction (RT-PCR).

"Pelatihan ini untuk pemenuhan kebutuhan SDM terlatih dalam penanganan mikroorganisme patogen semacam COVID-19 seperti pemahaman aspek biosafety dan biosecurity," ujar Lilis, sapaan akrabnya.

BACA JUGA: Bill Gates: Pandemi Virus Corona Telah Dapatkan Perhatian Penuh Dari Gates Foundation

Sebelumnya, Menteri Kesehatan RI (2004-2009) Siti Fadilah Supari, membuat Indonesia jadi sorotan internasional setelah menggalang dukungan negara-negara lain untuk menggugat Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) terkait penanganan wabah flu burung H5N1 pada 2005.

Siti melawan dengan tidak mengirimkan spesimen virus yang diminta WHO. Dia tak terima penanganan wabah harus mengikuti standar Global Influenza Surveillance Network (GSIN) karena tidak transparan dan berisiko dijadikan sebagai komoditas monopoli perdagangan vaksin. Tak hanya itu, ia juga mencurigai Blll Gates.

Upaya Siti membongkar dugaan konspirasi bisnis kesehatan dunia telah dituangkan ke dalam buku Saatnya Dunia Berubah (2008) disertai pemaparan literasi dan bukti-bukti data sepanjang dia jatuh-bangun menuntaskan wabah flu burung di Indonesia.

Terlepas dari polemik yang terjadi, Siti mendapat pengakuan dari dunia. Majalah The Economist di London, misalnya, menempatkan Siti sebagai tokoh yang memulai revolusi dalam menyelamatkan dunia dari dampak penyakit pandemik.

BACA JUGA: Selain Wabah Virus, 15 Prediksi Bill Gates Ini Juga Jadi Kenyataan

"Vaksin belum diperlukan pada fase ini. Fase sekarang virusnya masih berubah-ubah, tidak akan bisa ditaklukkan dengan vaksin. Dunia tidak butuh vaksin saat ini, ya kecuali Bill Gates yang sangat concern terhadap vaksin, bahkan sejak pertemuan di Davos 2017 dia sudah mengimbau negara kaya untuk menyiapkan vaksin bila ada pandemik," Siti.

"Dan sekarang Bill gates (diberitakan) sudah mulai uji coba ke beberapa orang di suatu negara tertentu. Bill Gates juga (diberitakan) mengatakan untuk membuat vaksin paling cepat 18 bulan," imbuhnya.

"Saya tidak mencurigai Bill Gates. Tapi saya mempertanyakan Bill Gates pakai seed virus yang mana untuk membuat vaksin yang akan diuji coba ìtu? Padahal kata Bill Gates membuat vaksin itu membutuhkan waktu setidaknya 18 bulan (tapi sudah diberitakan Bill Gates mulai uji coba vaksin ke beberapa orang)," pungkasnya.

(sz)

author0
teknologi id bookmark icon

Tinggalkan Komentar

0 Komentar