Besarnya potensi cadangan MIGAS yang ada di Indonesia, memang menjadi dualisme bagi pelaku bisnis MIGAS yang ada di tanah air. Jika SDM yang ada di dalam tidak bisa mengelolanya, maka potensi itu justru menjadi peluang bisnis yang menarik bagi investor luar.
sumber photo : https://eng.ui.ac.id/blog
Sektor MIGAS adalah salah satu sektor penting yang saat ini menjadi concern dari Pemerintah Indonesia. Bukan saja hal itu disebabkan Indonesia memiliki begitu banyak cadangan MIGAS yang ada di beberapa lokasi. Tetapi cadangan MIGAS itu sendiri bisa menjadi sumber kekayaan dan kemakmuran bagi rakyat Indonesia.
Itulah yang pada akhirnya perlu menjadi perhatian kita semua bahwa dalam mengelola SDA (Sumber Daya Alam ) yang ada di Indonesia bisa dilakukan dengan beberapa hal. Seperti misalnya ; (1) Melakukan pengelolaan SDA secara efektif dan efisien agar bisa dimanfaatkan bagi seluruh rakyat Indonesia (2) Melakukan pengembangan dan inovasi dalam hal teknologi, sehingga kedepan eksplorasi MIGAS bisa di jalankan dengan menggunakan teknologi yang berasal dari dalam negeri sendiri.
Perspektif bisnis itulah yang pada akhirnya menjadi salah satu dasar kenapa pada akhirnya Arcandra Tahar, Ph.D (Wakil Menteri ESDM : Energi Sumber Daya Mineral 2016-2019 ) memperkenalkan teknologi McT yang memiliki kemampuan dalam pengembangan inovasi dan teknologi dalam bidang MIGAS. Beliau saat ini adalah pemegang Hak Paten untuk teknologi di sektor hulu minyak dan gas.
Beberapa paten tersebut ada yangn di milikinya sendiri dan ada juga yang di dapat bersama tim nya di Petroneering Consulting Houston. Dan beberapa paten telah dilindungi oleh United Stated Patent and Trademark Office ( USPTO). Beberapa paten itu adalah Tension –Leg Platform Sistem Anchoring, Unconditionally stable floating offshore platform, Articulated flowline connection, Modular Integrated semisubmersible hingga Multi-Coloum Tension seperti yang diawal sudah di jelaskan. Secara spesifik, Teknologi Multi-Column Tension (McT) pernah ditawarkan untuk dipakai di lapangan L-Parigi milik PT Pertamina EP. Teknologi yang di temukan ini pada saat itu di tawarkan sebagai solusi untuk lapangan offshore L-Parigi dalam mengoptimalkan produksinya di laut dangkal.
Teknologi ini memang secara spesifik seperti juga yang disampaikan oleh Arcandra, dapat digunakan untuk operasi migas di laut dangkal (< 150 meter), dan dapat dikembangkan untuk dipakai di laut dalam (> 150 meter). Strukturnya yang sederhana membuat biaya pembuatannya lebih murah dibanding alat model lain. Proses pemasangannya juga tidak memerlukan crane sehingga McT dapat dengan mudah dipindahkan ke marginal field lain.
PT PROSPERA BRILLAR INDONESIA, DAN POTENSI PENGGUNAAN TEKNOLOGI DALAM NEGERI
sumber photo : www.prospera-brillar.id
Jika mengacu pada statemen yang di berikan oleh Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi ( SKK Migas). Menurut Wahju Wibowo, Kepala Divisi Perencanaan Eksploitasi bahwa Indonesia, hingga 2030 akan mampu mencapai target produksi minyak Indonesia yang cukup besar dalam hitungan hari.
Dimana produksinya bisa mencapai 1 juta barel. Dengan besarnya kondisi itulah hingga kedepan Indonesia akan bisa menjadi salah satu dari beberapa negara yang memiliki cadangan minyak atau SDA yang menarik bagi investor asing untuk bermain di Indonesia, salah satunya EOG Resources dari Amerika Serikat.
Lantas yang jadi pertanyaan adalah, bagaimana korelasi antara besarnya potensi cadangan MIGAS yang ada di Indonesia dengan penemuan teknologi terkini di bidang MIGAS. Jelas hal ini memiliki korelasi yang cukup kuat. Setidaknya korelasi itulah yang akan bisa di jalankan oleh perusahaan seperti PT Prospera Brillar Indonesia yang fokus dalam service di bidang MIGAS dan Marine.
Bagi pelaku bisnis yang belum tahu siapa perusahaan tersebut. Ini adalah salah satu perusahaan MIGAS yang ada di Indonesia. Didirikan oleh para profesional yang telah malang melintang dalam industri MIGAS dan Marine service selama 20 tahun lebih pengalaman mereka. Fokusnya dalah memberikan service di ke-3 bidang tersebut yaitu MIGAS dan Marine, membuat perusahaan tersebut fokus dalam beberapa service atau pelayanan seperti : Konstruksi Kelautan, Fabrikasi Baja, Peledakan & Pengecatan, Pembersihan Kimia/ Pembersihan Pipa, Perawatan Mesin, Kelestarian, Perbaikan Kapan dan tentunya Konsultan & Jasa Keamanan Laut.
Perannya dalam memberikan service itulah yang pada akhirnya nanti, teknologi-teknologi yang telah di ciptakan oleh putra putri terbaik tanah air akan di gunakan langsung oleh pelaku bisnis yang ada di Indonesia. Pada akhirnya penemuan yang telah di patenkan oleh Arcandra Tahar ( wakil menteri ESDM tahun 2016-2019 )seperti Teknologi Multi-Column Tension (McT) akan makin menguatkan potensi Indonesia sebagai salah satu negara di dunia yang maju dalam perkembangan dan pengembangan bisnis di sektor MIGAS.
Memang keberadaan teknologi dalam industri seperti MIGAS dan Marine sudah pasti sangat penting. Mengingat industri tersebut sudah pasti akan menjadi industri yang tidak saja padat orang tetapi juga padat modal. Dimana salah satu modal itu sendiri akan di gunakan untuk pemanfaatkan teknologi yang akan di gunakan selama proses produksi. Sehingga jika teknologi itu berasa dari dalam negeri, dan SDM nya sendiri juga berasa dari dalam negeri. Maka yang terjadi adalah cost produksi dari indusri atau proyek MIGAS tersebut menjadi lebih efisien.
Itulah kunci yang menjadi perhatian khusus kenapa Pemerintah begitu concern dalam pengembangan teknologi dan inovasi dalam industri MIGAS. Karena kita tahu Indonesia sebagai negara kepulauan sudah pasti menyimpan begitu banyak sumber daya alam yang belum tergali. Dan salah satu sumber daya alam itu adalah Minyak dan Gas Bumi. Karena menurut Arcandra, ada beberapa hal yang menjadi pilar dalam membangun kedaulatan bangsa. Diantaranya adalah : Pengelolaan sumber daya alam Indonesia hingga investasi dalam pengelolaan sumber daya alam Indonesia guna meningkatkan kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia. Dan salah satu cara untuk bisa melakukan hal itu adalah terjadinya sinergi positif antara penemu teknologi yang berasal dari dalam negeri serta pelaku industri seperti PT Prospera Brillar Indonesia yang nantinya akan menjadi user dari penemuan teknologi teknologi tersebut di bdnag MIGAS.