
Teknologi.id - Sabtu (04/12) protes atas kebijakan COVID-19 China meningkat, polisi setempat mencoba memadamkan eskalasi lebih lanjut dengan melakukan pemeriksaan stop-and-search acak kepada para demonstran untuk menggeledah aplikasi media sosial asing yang dilarang oleh pemerintah komunis China.
Beberapa demonstran telah beralih ke aplikasi asing seperti Instagram, Twitter, dan Telegram untuk berbagi informasi tentang protes dengan dunia luar dan untuk berkomunikasi serta mengatur protes.
Aplikasi media sosial asing ini blokir di Cina, tetapi dapat diakses melalui jaringan pribadi virtual, atau VPN.
Di Shanghai, polisi melakukan pemeriksaan ponsel pribadi di People's Square Station, pusat transportasi, mencari aplikasi yang dilarang, lapor Journal, mengutip pesan yang diposting di ruang obrolan yang digunakan oleh pengunjuk rasa dan dilihat oleh publikasi.
Sebuah video yang diposting di Twitter oleh jurnalis senior BBC Edward Lawrence menunjukkan petugas polisi di Shanghai memaksa pengunjuk rasa untuk menghapus gambar terkait protes dari ponsel mereka.
Berbeda dengan yang beredar di Twitter tampaknya menunjukkan seorang petugas berpakaian preman memukul seseorang yang menolak menyerahkan ponselnya.
Pemeriksaan dilakukan secara acak, dan "dapat terjadi di mana saja, mulai dari di jalan atau di pintu masuk pusat perbelanjaan," cuit koresponden DW untuk Asia Timur, William Yang.
"Itu hanya permainan kucing-kucingan untuk dapat berkomunikasi dan menyebarkan informasi mengenai demonstrasi ke dunia," kata reporter CNBC Eunice Yoong dalam wawancara langsung pada hari Selasa.
Polisi Shanghai dan Beijing tidak segera menanggapi permintaan komentar dari beberapa media besar internasional.
Baca juga: Bucin Abis, Begini Cara Mengganti Notifikasi WhatsApp Pakai Nama Pacar
(MAJ)
Tinggalkan Komentar