Foto: VoA
Teknologi.id - Presiden
Rusia, Vladimir Putin memerintahkan para kepala pertahanannya untuk
menyiagakan 'kekuatan pencegahan', yang meliputi persenjataan nuklir negara.
Hal tersebut dampak dari pernyataan
agresif oleh para pemimpin Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) dan sanksi ekonomi terhadap Moskow.
"Seperti yang Anda lihat,
tidak hanya negara-negara Barat yang mengambil tindakan tidak bersahabat
terhadap negara kita dalam dimensi ekonomi - maksud saya sanksi ilegal yang
diketahui semua orang dengan sangat baik - tetapi juga para pejabat tinggi
negara-negara NATO terkemuka membiarkan diri mereka membuat pernyataan agresif
pada negara kami," kata Putin.
Sebelumnya, Presiden Amerika
Serikat (AS) Joe Biden mengatakan
negaranya akan kembali memberi sanksi ke Rusia. Sanksi dijanjikannya lebih luas
dalam upaya memutus Moskow dari ekonomi global.
"Ini akan membebani ekonomi Rusia dengan segera dan
dari waktu ke waktu." Ujar Biden.
Departemen keuangan AS mengatakan
bahwa pembatasannya akan secara drastis melemahkan kemampuan bank-bank Rusia
untuk beroperasi.
Baca juga: Mengenal Kehebatan Rudal ‘Kiamat’ Milik Rusia yang Ditakuti Dunia
“Setiap hari, lembaga keuangan Rusia melakukan transaksi
valuta asing senilai sekitar US$46
miliar secara global, 80% di antaranya dalam dolar AS," kata
Departemen Keuangan AS dalam rilisnya.
Selain AS, negara lain seperti Jerman,
Perancis, Italia, Inggris serta Kanada mengumumkan bahwa akan mengeluarkan
beberapa bank Rusia dari Society for Worldwide Interbank Financial
Telecommunication (SWIFT).
SWIFT menghubungkan lebih dari
9.000 lembaga sekuritas dan nasabah korporasi di 209 negara.
Rusia menanggapi sanksi Barat
dengan meninjau opsi keluar dari kesepakatan senjata nuklir terakhir dengan
Amerika Serikat (AS), memutuskan hubungan diplomatik dengan negara-negara Barat,
dan membekukan aset mereka.
(fpk)
Tinggalkan Komentar