
Teknologi.id – Para peneliti mengklaim telah
menemukan bukti akan adanya beragam virus Corona lain. Beragam jenis virus corona
baru dalam genom tanaman pertanian dari laboratorium di Wuhan dan kota-kota
China lainnya.
Kabar terbaru dari para ahli, urutan
genetik tanaman seperti padi dan kapas yang dirilis antara 2017 hingga 2020
berisi seluruh rangkaian genetik virus baru yang tampaknya terkait dengan
penyakit manusia seperti MERS dan SARS.
Melansir Futurism, Kamis (8/4/2021), penemuan tak
terduga terkait penyakit yang berbahaya di fasilitas penelitian pertanian itu
menunjukkan protokol keselamatan mungkin tidak sesuai dan virus mungkin telah
menyebar secara tidak sengaja.
Studi yang diterbitkan ArXiv masih
bersifat pracetak sehingga belum diperiksa secara akademis atau pakar lain di
bidangnya.
Tim peneliti berpendapat bahwa laboratorium pertanian mungkin tidak memiliki kontrol biohazard ketat yang sama seperti fasilitas penelitian medis atau virologi. Sehingga potensi kebocoran di laboratorium lebih mungkin terjadi.
Baca juga: Virus Ini Dapat Menyebabkan Pandemi Berikutnya
Beberapa kumpulan data yang diperiksa
para peneliti diketahui berasal dari penelitian tahun 2017 yang dilakukan di
Institut Virologi Wuhan.
Dalam studi di ArXiv, peneliti telah
mengidentifikasi Merbecovirus baru terkait HKU5 dalam kumpulan data kapas yang
diurutkan oleh Universitas Pertanian Huazhong pada 2017.
Mereka juga menemukan urutan klon
menular yang berisi Merbecovirus terkait HKU4 baru yang terkait dengan virus
korona MERS dalam kumpulan data beras yang diurutkan oleh Universitas Pertanian
Huazhong pada awal tahun 2020.
Virus Merbecovirus terkait HKU5
lainnya, serta virus ensefalitis Jepang, diidentifikasi dalam kumpulan data
kapas yang diurutkan oleh Universitas Pertanian Huazhong pada tahun 2018.
Sedangkan virus Betacorona terkait
HKU3 ditemukan dalam kumpulan data sekuensing Mus musculus dari Institut
Virologi Wuhan pada 2017. Kemudian, virus Betacorona mirip SARS-WIV1 ditemukan
dalam kumpulan data beras yang diurutkan oleh Universitas Pertanian dan
Kehutanan Fujian pada tahun 2017.
"Berdasarkan temuan kami, kami menyampaikan kekhawatiran tentang pelanggaran protokol keamanan hayati," ucap peneliti dalam studi tersebut.
(MIM)
Tinggalkan Komentar