Technical dan Non-Technical Founder dalam Startup

Teknologi.id . February 07, 2018

Mans hand drawing Startup concept on white notebook (foto: Financial Tribune).

Artikel ini merupakan repost dari artikel Andrew Ryan Sinaga.

(Sebuah cerita dari dunia nyata).

Bayangkan anda sedang membangun rumah untuk dijual kepada konsumen

Apa saja peran yang harus ada dalam proses tersebut?

Kurang lebih akan melibatkan pekerjaan berikut ini :

Arsitek — untuk merencanakan dan membuat blue print dari rumah yang akan dibangun.

Arsitek umumnya membuat general design Rumah, tidak terlalu detail, karena jika terlalu detail akan menyebabkan keterbatasan untuk improvisasi di lapangan, ketika keadaan tidak seperti yang direncanakan.

Bertanggung jawab untuk memastikan semua orang yang terlibat dalam proses pembangunan memahami apa yang akan dibangun.

Kontraktor — untuk membangun rumah berdasarkan blue print yang telah dibuat oleh Arsitek.

Dia bekerja untuk pendirian fondasi rumah, konstruksi bangunannya, pemakaian bahan bangunan yang pas, mengatur para tukang dan mandor untuk bekerja sesuai dengan objektif dan deadline yang telah ditetapkan.

Bertanggung jawab untuk memastikan rumah selesai terbangun .

Interior Designer — untuk mendesign unsur kecantikan dari sebuah rumah : cat warna apa yang digunakan, aksen apa yang cocok di ruang tamu, furnitur apa yang ditaruh di kamar utama, karpet apa yang sebaiknya dipasang, dsb.

Bertanggung jawab untuk memastikan rumah terlihat indah dan nyaman bagi orang yang tinggal dan berkunjung ke dalamnya.

Marketing — untuk menjual rumah yang telah dibangun.

Dia menentukan harga yang cocok untuk rumah tersebut, materi promosi apa yang akan digunakan, segmen pasar mana yang akan disasar, dan bagaimana menegosiasikan kesepakatan dengan pembeli dan dengan Bank yang memberikan KPR (Kredit Pemilikan Rumah).

Bertanggung jawab untuk memastikan rumah terjual.

Kurang lebih seperti itu analogi dari istilah keren yang sering kita dengar tentang Hacker, Hipster, & Hustler. 3 jenis coFounders yang konon wajib dimiliki oleh sebuah startup untuk meraih kesuksesan.

Siapa yang menjadi Hacker? you guess it, the Contractor.

Hipster adalah sang Interior Designer.

dan Hustler adalah si Marketing yang google calendar nya penuh dengan jadwal meeting bersama potential buyer.

Lalu siapa yang menjadi Arsitek?

Idealnya semua yang terlibat sebagai coFounder Startup adalah para Arsitek.

Mereka yang bersama-sama membangun blue print dari startup yang akan dibuat.

Dan seperti penjelasan tentang Arsitek di atas, blue print tersebut tidak perlu terlalu detail, cukup menggambarkan secara garis besar, seberapa besar ukuran pasar dari produk yang akan dirilis, seperti apa produk yang akan dibangun, dan bagaimana strategi meraih konsumen awal.

Jujur, saya lebih nyaman untuk menggunakan istilah Technical dan Non-Technical Founder dibandingkan Hacker, Hipster, Hustler, karena lebih mudah dipahami dan lebih menggambarkan keadaan nyata dari sebuah proses pembangunan Startup.

Untuk yang sudah keburu familiar dengan istilah Hacker, Hipster, dan Hustler, maka Technical Founder adalah si Hacker, dan Non-Technical Founder adalah si Hipster & Hustler.

Mari kita masuk lebih jauh ke dalam peranan masing-masing Founders dalam membangun startup.

TECHNICAL FOUNDER

Bill Gates, The Richest Technical Founder.

Mereka berperan sebagai Product Builder dari sebuah Startup.

Coding menjadi pekerjaan sehari-hari.

Bisa tidak keluar dari kamar kos selama seminggu penuh jika sedang sprint mengejar deadline rilis produk.

Umumnya memiliki latar belakang pendidikan Informatika atau Sains. Meskipun saat ini sudah banyak sekali yang mampu melakukan coding dengan belajar melalui Online atau Offline Courses.

Saya tidak bisa terlalu banyak membahas requirement teknis dari seorang Technical Founder dalam Startup karena akan sangat bervariasi dari satu startup ke startup yang lain.

With that being said, akan sangat bermanfaat jika anda adalah seorang Non-Technical Founder untuk memiliki teman-teman programmer yang handal.

Minimal jika anda tidak dapat mengajak mereka menjadi coFounder, mereka bisa menjadi tempat anda memastikan apakah Technical Founder yang akan anda ajak memiliki kemampuan yang memadai untuk membangun Startup.

Karakter kunci dari seorang Technical Founder sebuah startup dalam pengalaman saya adalah :

  1. Atensi terhadap detail yang tinggi;
  2. Kemauan untuk mendengar feedback dari sesama coFounder dan konsumen;
  3. Obsesi untuk mengalahkan produk kompetitor

Kenapa saya memakai kata “obsesi” karena dari setiap Technical Founder Startup hebat yang saya temui, mereka dapat dengan detail menceritakan kelebihan dan kekurangan dari produk Kompetitor mereka.

Setiap hari mereka memonitor perkembangan produk kompetitor, dan setiap hari pula mereka memikirkan bagaimana Produk yang dia bangun dapat selangkah atau dua langkah di depan kompetitor.

Terkadang mereka suka iseng terhadap produk kompetitor dan terkadang mereka mengeksekusi keisengan mereka, if you know what i mean :)

Since Technical Founder perlu obsesif terhadap produk kompetitor, maka sangat penting untuk kita pastikan bahwa sang Hacker peduli dan percaya terhadap produk yang akan dibangun, jangan seperti kisah si Joko dan Bambang.

Jika anda adalah seorang Technical Founder dan you are the one that comes up with the idea, then it’s great, tapi jika anda adalah seorang Non-Technical Founder yang memiliki ide startup dan in search of a Technical Founder, pastikan Technical Founder yang anda ajak tertarik dan peduli dengan ide startup yang anda bawa.

Lihat interest dia terhadap permasalahan yang hendak anda pecahkan dan antusiasme dia terhadap pasar yang ingin anda masuki.

From time to time coba ajak ngobrol secara mendalam tentang ide startup yang mau anda bangun, lihat apakah pengetahuan dia bertambah atau tidak tentang subjek dari ide anda.

Jika setiap anda ketemu pemahaman dia bertambah, most likely dia memiliki ketertarikan mendalam terhadap apa yang mau anda bangun, karena itu menandakan dia mencari tahu, baik melalui buku atau internet tentang produk yang akan dia buat.

Don’t trust words. Trust the effort.

Apakah wajib memiliki Technical Founder dalam sebuah Startup?

Wajib. (menurut saya)

Jika anda tidak memiliki Technical Founder, maka anda akan keluar biaya puluhan hingga ratusan juta rupiah untuk membangun website atau aplikasi untuk startup anda.

Belum lagi all the hassle yang akan terjadi ketika ada bug atau error yang terjadi, anda akan bolak-balik komplain ke vendor anda yang kemungkinan punya ratusan klien yang lebih besar daripada anda, so your complain anda akan menjadi prioritas terakhir mereka.

Mau develop fitur baru? siap-siap keluar uang ekstra lagi untuk membayar vendor mengerjakan fitur tersebut.

Jangan pernah lupakan juga in the end, vendor is just a 3rd party. They don’t give a shit about your startup, whether it succeed or not. All they care is to ship your product according to your requirement before deadline.

So jika anda adalah seorang Non-Technical Founder, please do yourself a favor, find a Technical Founder.

NON TECHNICAL FOUNDER

Steve Ballmer, The Richest Non-Technical Founder.

Mereka berperan sebagai Brand dan Sales Builder dari sebuah Startup.

Jualan dan branding menjadi pekerjaan sehari-hari.

Pantang pulang kantor sebelum target penjualan tercapai.

Umumnya memiliki latar belakang pendidikan bisnis atau ekonomi, meskipun saat ini sudah sangat mudah untuk mempelajari tentang pemasaran dari buku, majalah, atau artikel.

Karena saya sendiri adalah seorang Non-Technical Founder, maka saya akan sedikit membahas tentang requirement dan karakter dari seorang Non-Technical yang ideal menurut saya.

Requirement :

  1. Has a Great Taste of Words and Visual. Since dia akan menjadi Quality Control untuk keseluruhan produk, baik itu website, aplikasi, atau social media. Maka dia wajib punya selera yang baik. Tidak perlu bisa copywriting atau design (sangat membantu sih kalo bisa dua dua nya), tapi minimal harus dapat membedakan antara copywriting atau desain yang bagus dan yang jelek.
  2. A Great Communicator. Since, dia most likely akan menjadi face of the company yang menjual produk dan brand startup anda, pastikan dia mampu berkomunikasi dengan baik. Komunikasi disini tidak sekedar kemampuan berbicara, tapi juga yang jauh lebih penting, kemampuan untuk mendengar. Mendengar kemauan konsumen, mendengar masukan dari orang yang lebih mengerti, dan juga mendengar reasoning yang diberikan oleh Technical Founder terhadap perkembangan produk.
  3. Never Take No for an Answer. Startup is hard. it’s really really hard. Bayangkan di awal-awal anda memangun Startup, anda akan menjual sesuatu yang benar-benar baru, dimana calon konsumen anda tidak pernah dengar tentang anda, mereka tidak pernah lihat apa yang dapat dilakukan oleh produk anda, dan mereka tidak punya alasan apapun untuk percaya terhadap anda, tapi somehow someway you gotta make the sales. or else your startup gonna fail. Perlu orang yang punya fighting spirit sangat-sangat tinggi untuk overcome that obstacle. Orang yang gampang down, baperan, atau hidupnya penuh drama tidak akan pernah bisa menjadi Non-Technical Founder yang baik. Carilah orang yang punya track record kesuksesan mencapai sesuatu dalam hidupnya.

Beberapa karakter dasar seorang Non-Technical Founder Startup :

  1. Positive Thinking. Anda pasti punya teman yang tampaknya selalu dapat melihat sisi positif dalam setiap permasalahan yang terjadi dalam hidupnya. Ini pertanda bagus.
  2. Ekstrovert. Tidak pernah malu dengan apa yang dia miliki, apa yang dia ketahui, dan apa yang dia percaya. Tampak selalu nyaman dalam setiap situasi sosial, seperti kongkow, konser, undangan pernikahan, reunian, dan lain-lain.
  3. High Level of Curiosity. Selalu berusaha untuk tidak terlihat bodoh, dengan doing his homework yaitu update pengetahuan tentang bidang yang dia kerjakan. Rajin baca buku, artikel, dan jurnal bisnis. Senang ngobrol dengan orang yang memiliki pemahaman mendalam tentang bidang startup yang dia jalankan. Go to a Quality Conferences with a Quality Speaker and Quality Audiences. Mengikuti Online Courses tentang bidang yang harus dia kuasai. and so on and so forth.

Apakah seorang Technical Founder wajib memiliki Non-Technical Founder?

Wajib. (kembali, menurut saya.)

Jika anda memiliki Non Technical Founder, maka anda dapat fokus dalam sisi produk, sementara coFounder anda fokus dalam sisi bisnis.

Produk yang anda rilis akan memiliki puluhan atau ratusan bug, waktu anda akan tersita untuk memperbaiki hal tersebut. belum lagi jika sudah masuk tahap development produk, anda perlu secara mendalam mengetahui arsitektur teknis dari fitur-fitur baru yang akan dibangun.

Anda juga wajib untuk memonitor kinerja programmer-programmer anda. it is a lots of work.

Sangat membantu untuk memiliki seorang Non Technical Founder.

and a million dollar question is this :

siapa yang seharusnya menjadi CEO dalam sebuah Startup?

Apakah Technical Founder atau Non-Technical Founder?

Saya tidak bisa menjawab dengan pasti, karena ini akan sangat tergantung dengan kondisi dan bidang bisnis startup anda.

Jika anda membangun startup SaaS dimana target market anda adalah para Kepala Divisi IT perusahaan besar, mungkin lebih baik CEO nya adalah si Technical Founder, karena dia yang lebih resonate (lebih masuk) dengan target marketnya.

Tapi jika anda membangun Startup SaaS dimana target marketnya adalah pemerintah, mungkin lebih baik CEO nya adalah si Non-Technical Founder, karena umumnya pemerintah tidak terlalu mengerti dan tidak terlalu peduli dengan teknologi di balik sebuah produk.

Yang mereka pedulikan adalah benefit dari produk yang umumnya lebih dapat dijelaskan oleh si Non-Technical Founder.

Ini sangat case by case sekali. Satu tip dari saya, ketika menentukan CEO, jangan terlalu melihat kondisi internal, tetapi lihat kondisi market.

Siapa yang lebih resonate dengan target market kita.

Karena semua target market kita pasti ingin nya bertemu dengan CEO. dia tidak mau ditemui oleh CMO (Chief Marketing Officer), apalagi Staff.

CMO dan Staff dapat melakukan follow up dan maintain klien tapi di tahap awal, seorang CEO harus mampu meyakinkan target market untuk menggunakan produk kita.

Sekian essay tentang dinamika Technical dan Non-Technical Founder ini.

Semoga bermanfaat untuk teman-teman semua :)

See you next week guys!

Baca juga: Startup Founder: Miliki Hipotesis Terlebih Dahulu.  
author0
teknologi id bookmark icon

Tinggalkan Komentar

0 Komentar