Paper Prototyping itu Obsolete!

Teknologi.id . March 23, 2018

linkedin

Artikel mengenai Paper Prototyping itu obsolete! ini merupakan repost dari tulisan Adam Mukharil Bactiar yang dipublikasikan di UNIKOM Codelabs. Baca artikel sumber.

Bagi para pelaku yang berkecimpung di dunia desain UI/UX tentunya sudah tidak aneh dengan kata prototyping. Prototyping merupakan salah satu langkah yang sangat penting sebelum kita merealisasikan ide kita menjadi sebuah solusi berbentuk aplikasi. Ada 3 macam bentuk prototyping yang bisa kita gunakan dalam pembangunan aplikasi, yaitu: paper prototyping, digital prototyping, dan native prototyping. Semua metode tersebut sama-sama bisa digunakan untuk memberikan gambaran awal dan umum kepada calon user tentang bagaimana nanti solusi disampaikan melalui aplikasi.

Apa sih perbedaan masing-masing metode tersebut? Paper prototyping menggunakan media kertas dalam menyampaikan desain UI/UX-nya.


corehf.com

Sementara kedua metode lainnya menggunakan bantuan komputer dalam melakukan proses prototyping-nya. Bedanya adalah kalau digital prototyping menggunakan Software khusus desain (misal: Adobe XD CC, Sketch, Zeplin, dan bahkan Adobe Photoshop) untuk menyajikan desain UI/UX sementara native berfokus kepada desain menggunakan bahasa pemrograman yang akan digunakan kita dalam melakukan pembangunan aplikasi (misal: kita ingin membangun aplikasi di platform android maka untuk prototyping-nya kita langsung menggunakan xml dan bahkan terkadang java untuk menggambarkan alur antar activity-nya).


Digital Prototyping UNIKOM Apps Menggunakan Sketch

Contoh Native Prototyping di Android

Dari sanalah timbullah pertanyaan, kalau kita sudah bisa menyampaikan desain UI/UX dengan cara “keren” (baca: menggunakan komputer), buat apalagi kita menggunakan paper prototyping? Tentunya cara ini akan dianggap sebagai cara yang ketinggalan zaman bagi beberapa desainer UI/UX. Setelah melakukan proses investigasi yang tidak sangat mendalam sekali, saya menemukan fakta yang menarik kenapa paper prototyping tetap harus dipertahankan dan dilestarikan. Ternyata ada hal yang menjadikan paper prototyping lebih handal dibandingkan dua saudaranya tersebut.

Apa saja kelebihan dari paper prototyping?

  1. User akan lebih fokus kepada UX dan fungsi yang didesain dan bukan kepada konten desain lainnya (seperti warna atau bentuk detail komponen view/widget) yang bisa mengganggu proses protoyping. Seringkali user berkomentar tentang warna desain kita yang kurang cocok dibanding berkomentar tentang kerumitan experiences yang ada pada desain. Tentunya dengan paper prototyping, user akan lebih fokus mengomentari desain UX dan fungsi yang disampaikan. Selain itu user juga tidak merasa terintimidasi dalam melakukan proses pengujian prototyping karena menggunakan media yang mereka sudah familiar dibandingkan harus mengetik atau mengklik sesuatu di komputer atau smartphone.
  2. Karena menggunakan media kertas, maka kita sebagai desainer akan “dipaksa” ikut memandu user dalam melakukan proses usability testingpada prototyping yang dibuat. Berbeda dengan digital dan native prototyping dimana user akan dipandu menggunakan alur yang sudah ditanam pada aplikasi yang dipakai untuk menyampaikan desain UI/UX. Tentunya hal ini membuat keintiman tersendiri antara desainer UI/UX dengan user (poin paling penting dalam melakukan prototyping).
  3. Proses teknikal yang bisa memanfaatkan benda-benda di sekitar kita untuk menggambarkan komponen desain UI pun menjadi kemudahan tersendiri bagi pada desainer UI/UX. Untuk sekedar menggambarkan elevasi pada material design, kita bisa saja menggunakan tumpukan sticky note untuk menahan desain dialog form yang muncul akibat aksi tertentu pada halaman desain yang lain (agar terlihat seperti tumpukan). Walaupun mungkin bagi sebagian desainer UI/UX hal tersebut kurang “keren”akan tetapi untuk bisa menggambarkan elevasi menggunakan software desain UI/UX tentunya membutuhkan pengetahuan yang terbaik tentang tools yang digunakan tersebut.
  4. Ini alasan yang paling klise, paper prototyping seringkali murah dan hemat waktu! Yeah… (nampaknya tidak perlu penjelasan untuk yang ini).

Dari kelebihan yang dimiliki paper prototyping, metode ini tetap memiliki kekurangan walaupun tidak akan saya bahas karena fokus artikel ini bukan untuk menghina paper prototyping. Bahkan perusahaan sekelas Google pun tetap mempertahankan paper prototyping untuk mendesain aplikasi mereka. Untuk bisa melihat potongan tentang bagaimana Google melakukan proses paper prototyping, video di link ini.

Desainer yang besar adalah desainer yang tidak melupakan paper prototyping — anonymous
author0
teknologi id bookmark icon

Tinggalkan Komentar

0 Komentar