Foto: AP
Teknologi.id – Pasangan ganda putri
Indonesia, Greysia Polii dan Apriyani Rahayu berhasil meraih emas di cabang
olahraga Badminton Olimpiade Tokyo 2020. Layaknya hal yang dilakukan oleh para
juara, akan selalu ada pose di mana pemenang menggigit medalinya yang ia dapatkan.
Tradisi ini sebenarnya tak hanya
untuk peraih medali emas, peraih medali perak dan perunggu juga acap kali menggigit
medali yang mereka dapatkan.
Pihak panitia dari penyelenggara Olimpiade Tokyo 2020 telah menjelaskan maksud dan makna dari kebiasaan para pemenang tersebut.
We just want to officially confirm that the #Tokyo2020 medals are not edible!
Our 🥇🥈🥉 medals are made from material recycled from electronic devices donated by the Japanese public.
So, you don't have to bite them... but we know you still will 😛 #UnitedByEmotion
Sejarawan populis AS dan komentator
TV, David Wallechinsky mengungkapkan, tak ada latar belakang mengapa atlet
harus menggigit medali mereka.
Wallechinsky menjelaskan dugaan atlet mengigit medali ini dikarenakan arahan dari para fotografer. Tujuanya, foto yang dijepret terkesan ikonik untuk dapat dilihat oleh masyarakat.
Baca juga: Inilah Deretan Teknologi Mencengangkan Olimpiade Tokyo 2020
"Ini menjadi obsesi para
fotografer. Saya pikir mereka melihatnya sebagai bidikan ikonik sebagai sesuatu
yang mungkin bisa dijual. Saya tidak berpikir itu adalah sesuatu yang mungkin
dilakukan oleh para atlet sendiri" ucapnya.
Melansir dari Mashable ada sejarah
yang menjelaskan bahwa para pedagang kuno terbiasa menggigit koin emas yang
mereka dapatkan. Hal ini untuk memastikan keaslian dari benda tersebut.
Saat ini, menggigit emas sudah tak diperlukan
lagi, karena sudah ada alat khusus untuk mendeteksi emas tersebut asli atau
palsu.
Sebagai informasi, medali Olimpiade Tokyo
2020 mengusung tema ramah lingkungan. Sebanyak 5.000 medali di Olimpiade Tokyo
2020 terbuat dari logam smartphone bekas dan perangkat elektronik yang
disumbangkan oleh warga Jepang.
Hampir 80.000 ton gadget terkumpul.
Jumlah gadget tersebut terdiri dari 6 juta ponsel, kamera digital, laptop, dan
limbah elektronik lainnya.
Kemudian, podium yang terbuat dari sampah plastik 13 ton material dikombinasikan dengan 11,5 ton lainnya. Sampah plastik ini dikumpulkan serta dikelola. Lalu berubah wujud menjadi 98 podium medali Olimpiade.
(MIM)
Tinggalkan Komentar