
Foto: Pomodo
Teknologi.id - Nonton film bajakan melalui telegram semakin marak di Indonesia sepanjang 2025. Pakong pesan instan ini kini bukan hanya digunakan untuk berkomunikasi tetapi juga menjadi “bioskop ilegal” dengan ribuan kanal yang menyediakan film gratis. Cari film lokal hingga internasional, semua bisa diakses dengan mudah bahkan dalam kualitas HD.
Menurut laporan CNBC Indonesia, beberapa kanal telegram menawarkan lebih dari 500 tautan film dengan format blu-ray, MP4, hingga MKV. Kondisi ini membuat masyarakat semakin mudah mengakses film bajakan tanpa harus membayar tiket bioskop atau berlangganan layanan streaming resmi. Praktis, murah, dan cepat menjadi alasan utama mengapa telegram dipilih sebagai jalur ilegal oleh banyak pengguna.
Baca Juga : Telegram Bisa di Blokir Karena Ini!
Kerugian triliunan rupiah industri film menjerit
Ketua Umum Asosiasi Video Streaming Indonesia (AVISI), Hermawan Sutanto, menyebutkan bahwa kerugian akibat pembajakan film mencapai 25 triliun rupiah terhitung sejak 2017 hingga 2025. Angka ini mencerminkan betapa besar dampak ekonomi yang ditimbulkan. Bagian tersebut tidak hanya dirasakan oleh produser film, tetapi juga oleh seluruh ekosistem kreatif, bioskop kehilangan penonton karena film bajakan beredar lebih cepat, platform streaming resmi kesulitan bersaing dengan konten gratis, dan pekerja kreatif seperti aktor, crew, serta penulis naskah kehilangan potensi pendapatan. Dengan kerugian sebesar itu, pembajakan film melalui Telegram menjadi ancaman nyata bagi keberlangsungan industri kreatif nasional.
Mengapa telegram menjadi pilihan favorit penonton ilegal?

Foto: Telegram
Ada beberapa alasan mengapa telegram menjadi platform favorit untuk menyebarkan film bajakan:
- Kemudahan akses - cukup bergabung ke kanan atau grup pengguna langsung bisa menonton atau mengunduh film.
- Kualitas tinggi - banyak film banyakan diunggah dalam resolusi HD hingga 1080p.
- Gratis - tidak ada biaya berlangganan berbeda dengan layanan resmi seperti Netflix ataupun Disney+.
- Anonimitas - identitas pengguna relatif aman karena telegram tidak mudah dilacak.
Faktor faktor ini membuat masyarakat lebih memilih jalur ilegal meski sadar bahwa tindakan tersebut merugikan industri.
Baca Juga: Fitur Ini yang buat Telegram Beda
Budaya konsumsi yang berubah, apresiasi karya semakin hilang

Foto: Telegram
Fenomena ini bukan hanya soal ekonomi, tetapi juga budaya konsumsi masyarakat. Ketika menonton film bajakan dianggap hal biasa maka penghargaan terhadap karya kreatif semakin menurun. Generasi muda yang terbiasa mengakses film ilegal beresiko kehilangan apresiasi terhadap nilai seni dan kerja keras di balik produksi film. Hal ini dapat menghambat perkembangan industri kreatif nasional yang tengah berusaha bersaing di kancah global.
Selain itu kebiasaan menonton film banyakan juga menumbuhkan mentalitas “serba gratis” yang berbahaya. Jika masyarakat terbiasa mengakses konten tanpa membayar maka berlangsungkan ekosistem kreatif akan semakin sulit dipertahankan.
Regulasi yang tertinggal menjadi tantangan penindakan di era digital
Pemerintah Indonesia menghadapi tantangan besar dalam menindak fenomena ini. Ribuan kanal telegram terus bermunculan bahkan setelah beberapa kali dilakukan pemblokiran. Menurut laporan CNBC Indonesia, pembajakan kini lebih canggih karena memanfaatkan plafon komunikasi yang sulit diawasi. Penindakan hukum seringkali tidak efektif karena pelaku berada di luar negeri atau menggunakan identitas anonim. Selain itu regulasi yang ada seringkali tertinggal dibandingkan perkembangan teknologi. Akibatnya pembajakan digital terus bertumbuh tanpa adanya kendali.
Mencari Jalan Keluar dengan Edukasi, Kolaborasi dan Inovasi
Untuk mengatasi hal ini, diperlukan langkah strategis, seperti edukasi masyarakat tentang dampak negatif menonton film bajakan, kolaborasi pemerintah dan platform digital untuk menutup kanal ilegal secara cepat, inovasi layanan resmi dengan harga terjangkau agar masyarakat tidak tergoda konten gratis, serta kampanye apresiasi karya lokal agar penonton lebih menghargai film Indonesia. Langkah-langkah ini penting untuk membangun kesadaran bahwa menonton film bajakan bukan hanya merugikan industri, tetapi juga melemahkan ekosistem kreatif bangsa.
Streaming ilegal melalui telegram juga menunjukkan adanya perubahan pola konsumsi masyarakat. Banyak orang kini lebih memilih menonton film di peringkat pribadi daripada pergi ke bioskop. Hal ini sejalan dengan tren global di mana konsumsi hiburan semakin bergeser ke pelabuhan digital. Namun jika tren ini didominasi oleh jalur ilegal maka industri resmi akan semakin tertekan.
Baca Berita dan Artikel lainnya di Google News
(dim/sa)

Tinggalkan Komentar