author photo
PERUSAHAN BARANTUM
November 24, 2020

Perspektif Bisnis Konsultan, Dalam Kaca Mata Pelaku Bisnis Konsultan Asing di Indonesia

Salah satu indikator kita melihat  potensi bisnis  sektor industri adalah dari kaca mata kapitalisasi pasar-nya.  Dimana besarnya kapitalisasi pasar yang tercatat, pada akhirnya bisa mengindikasikan bahwa sektor tersebut berjalan dengan baik. Seperti misalnya ketika kita melihat potensi dalam sektor bisnis konsultan.  Besarnya kapitalisasi pasar untuk salah satu sektor misalnya properti, jelas mengindikasikan bahwa bisnis jasa konsultan bidang properti dan konstruksi sangat potensial.

      Sekalipun  pada tahun 2019 angkanya menurun dibanding tahun-tahun sebelumnya. Namun bisnis jasa konsultan properti dan konstruksi cukup menarik untuk kita amati lebih jauh.  Sekedar memberikan sebuah gambaran, di tahun 2016 angka kapitalisasi pasar industri properti berada di angka Rp124 triliun, naik menjadi Rp133 triliun pada 2017. Namun sedikit menurun  jika dilihat pada tahun 2019 karena berada pada angka Rp114 triliun.  

Kondisi yang terjadi pada tahun 2019 memang baru prediksi, namun yang terjadi di lapangan justru  bisnis jasa konsultan-nya sendiri sudah begitu marak dengan persaingan yang terjadi antara konsultan dalam dan  luar negeri. Jika menurut data yang di himpun INKINDO ( Ikatan Nasional Konsultan Indonesia) jumlah konsultan Indonesia mengalami peningkatan pada 4 tahun terakhir, terutama pada bidang jasa konsultan konstruksi.

Seperti yang disampaikan oleh Peter Frans, Ketua Dewan Pengurus INKINDO, bahwa konsultan dalam negeri perlu meningkatkan  kapastas dirinya agar bisa bersaing dengan konsultan asing. Statemen tersebut memang sejalan dengan kondisi saat ini yang sedang berada di Era  Industri 4.0.      

Karakter bisnis yang terdapat pada Era Industri 4.0 sendiri memang mengharuskan SDM mampu menyesuaikan dirinya dengan situasi dan kondisi yang ada. Salah satunya adalah  pada point pertama : Interoperabilitas ( kesesuaian).  Dalam kaitan ini profesionalisme perusahaan mesti di tuntut untuk bisa berinteraksi terutama dengan customer dan calon klien dengan menggunakan perangkat internet. Ini menjadi satu pembuktian bahwa seorang konsultan mesti bisa berkembang menyesuaikan kondisi  yang ada di lapangan.      

Sehingga dengan perkembangan jumlah konsultan yang semakin meningkat. Sesuai dengan data yang disampaikan oleh LPJK ( Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi ). Bahwa berdasarkan data, di tahun 2018  jumlah konsultan yang ada berjumlah 8.210 orang. Tumbuh cukup besar dibanding yang terjadi pada tahun 2015 yang masih berjumlah 6.390 orang. Kondisi ini jelas mengindikasikan bahwa pasar sedang mengalami peningkatan karena bagaimanapun juga ketika  jumlah profesional konsultan meningkat hal itu terjadi karena adanya kebutuhan.  

 Ada beberapa hal yang membuat potensi jumlah konsultan di sektor properti dan konstruksi selama 4 tahun meningkat 28,5%. Kesemua hal itu berkat adanya sejumlah kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah  guna mendukung industri konsultan yang ada di Indonesia. Bentuk kebijakan tersebut adalah Undang – Undang Jasa Konstruksi tahun 2017. Implementasinya dari undang-undang tersebut adalah bahwa pemerintah mengatur beberapa hal seperti remunerasi minimal untuk konsultan, segmentasi pelelangan pekerjaan bidang konstruksi, hingga pengaturan badan jasa konstruksi asing di Indonesia.   Kesemua hal diatas memang pada akhirnya membawa satu konsekuensi.

Dimana  terkait bergulirnya Era Industri 4.0, maka profesional konsultan harus selalu meningkatkan kapasitas dirinya agar mampu bersaing dengan konsultan asing.   Jika konsekuensi ini di abaikan maka jangan salahkan konsultan asing jika pada akhirnya mereka mengambil alih posisi yang seharusnya milik konsultan loka. Hal itu bisa terjadi mengingat sesuai data  Dirjen Bina Konstruksi Kementerian PUPR per semester I/2019. Saat ini ada sekitar 225 kantor perwakilan dan 412 BUJK PMA.

Dimana dari jumlah tersebut  kontraktor asal China menempati jumlah yang paling besar dengan total 44 BUJKA, kemudian baru di susul dengan   Jepang degan 38 BUJKA dan Korea Selatan berjumlah 28 BUJKA.   Dari jumlah tersebut, kondisi mereka yang saat  ini aktif adalah : dari kurun waktu 2007-2015 ada 574 kontraktor asing  yang berasal dari 30 negara yang beroperasi di Indonesia. Terdapat 260 BUJKA aktif, 245 tidak aktif, serta 69 sudah tutup. Namun seiring berjalannya waktu, maka dalam 2 tahun kemudian jumlahnya meningkat yaitu dari BUJKA berjumlah 621 kontraktor, terdiri dari 344 BUJK pelaksana, 165 konsultan dan 112 terintegrasi. Penambahan jumlah tersebut memang pada akhirnya sejalan dengan makin bertambahnya proyek-proyek  infrastruktur yang ada di Indonesia.  

OPTIMALKAN POTENSI CUSTOMER LOKAL DENGAN MENERAPKAN SISTEM CRM  DALAM PERUSAHAAN JASA KONSULTAN  

Besarnya potensi bisnis yang ada di sektor  properti dan konstruksi memang  menarik minat pelaku bisnis jasa konstruksi asing.  Namun demi melindungi pelaku jasa konstruksi dalam negeri maka pemerintah  secara tegas telah melakukan segmentasi kualifikasi proyek yang ada. (1) Proyek senilai Rp1 miliar untuk pelaku jasa konstruksi kecil (2) Proyek senilai Rp1-2,5 miliar untuk pelaku jasa konstruksi menengah dan (3) Proyek senilai  diatas Rp2,5 miliar di peruntukan bagi pelaku jasa konstruksi besar.        

Melihat apa yang saat ini telah terjadi dalam industri konsultan terutama dalam konteks jasa konsultan konstruksi dan properti, Handri Kosada, CEO Barantum.com memiliki perspektif  tersendiri. Intinya bahwa sebenarnya salah satu cara untuk bisa bersaing dengan konsultan asing bisa di lakukan dengan mengoptimalkan fungsi dari CRM. Kenapa, karena CRM ( Customer Relationship Management) bisa menjadi strategi andalan untuk pelaku jasa konstruksi lokal lebih mengenal dan memahami kebutuhan dan keinginan dari calon customernya.              

Penjelasannya adalah, komunikasi yang terjalin antara konsultan lokal dan customer lokal akan menjadi lebih efektif karena kedua belah pihak lebih mudah untuk saling memahami komunikasi masing-masing. Agak berbeda dibandingkan dengan komunikasi yang akan di jalankan ketika konsultan asing mencoba berkomunikasi dengan customer  lokal. Butuh adaptasi dan penyesuaian.   Konsep-konsep seperti itulah yang seharusnya mesti di kembangkan oleh konsultan lokal demi meningkatkan kualitas pekerjaan dari para konsultan lokal yang ada di Indonesia. Terlebih dari karakter bisnis yang ada dalam Era Industri 4.0 sendiri memang mengharuskan pelaku jasa konstruksi memiliki kemampuan dalam sistem pekerjaan yang menggunakan aplikasi internet.    

CRM MAMPU  MENGUBAH KENDALA MENJADI PELUANG DALAM BISNIS KONSULTAN  

Bukan perkara yang mudah ketika kita menjalankan sebuah bisnis dalam Era Industri 4.0. Hal itu karena situasi dan kondisinya yang berbeda, tapi lebih karena pada situasi tersebut kondisi bisnis perlu di perhatikan dengan penuh seksama mengingat  peran digital technologi menjadi salah satu tools yang membuat sebuah pekerjaan mesti dilakukan dengan lebih cepat dan terarah.  

Itulah yang terjadi kenapa pada akhirnya dengan masuknya Indonesia dalam Era Industri 4.0 maka peran digital technologi menjadi satu hal yang mesti di perhatikan oleh perusahaan. Ambil contoh soal aplikasi CRM  ( customer relationship managemen). Aplikasi ini memang dalam era industri 4.0 begitu penting di aplikasikan pada sebuah perusahaan. Mengingat dasar dari penerapan aplikasi ini bersumber dari database customer.        

CRM sendiri sejatinya sudah banyak di terapkan dalam beragam bisnis yang di jalankan di Indonesia. Kemampuannya dalam mengelola database customer pada akhirnya bisa menjadi salah satu alternatif solution  terbaik yang bisa di lakukan oleh perusahaan. Terlebih ketika core businessnya adalah di bidang jasa konsultansi yang sudah pasti berhubungan langsung dengan beragam  karakter customer.  

Secara umum kita bisa memastikan bahwa CRM setidaknya memiliki 5 keunggulan yang pada akhirnya sangat tepat  di aplikasikan pada sebuah perusahaan sekelas perusahaan jasa konsultan. Dimana ke-5 point tersebut adalah : (1) CRM mampu memperkuat jalur komunikasi (2) CRM mampu meningkatkan integrasi solusi dari permasalahan yang di hadapi perusahaan (3) CRM mampu sebagai alat untuk meningkatkan fleksibilitas kinerja seluruh staff dalam perusahaan (4) CRM mampu memperkuat pemasaran intranet dan internal. Karena konsep dasar dari CRM adalah berdasarkan database customer (5). CRM mampu meningkatkan akuntabilitas dari seluruh team yang ada sehingga semua data dan informasi bisa di akses oleh semua pihak yang berkepentingan dengan data-data tersebut.   Jika semua hal bisa di lakukan perusahaan dengan baik dengan memaksimalkan sistem CRM yang ada di perusahaan maka bukan tidak mungkin kendala yang di hadapi perusahaan terkait perspektif bisnis dan persaingan dalam era industri 4.0 dapat segera di carikan alternatif solusi terbaiknya bagi perusahaan.

discuss-like Suka
icon bagikanBagikan
1 Komentar

Diskusi Populer

Top Member