author photo
Thomas Budiman
November 12, 2020

Menjadi Designer Produk Digital–Berpikir Kritis

Masih melanjutkan seri Menjadi Designer Produk Digital, saya berterima kasih atas tanggapan-tanggapan yang positif untuk seri tulisan saya ini. Saya menjadi semangat untuk membagikan apa yang menjadi isi pikiran saya.

Pada sesi tanya jawab di sebuah internal talk yang saya bawakan untuk suatu tim desain, seseorang bertanya kepada saya, “Apa sajakah Golden Rules yang bisa diterapkan saat mendesain User Interface?”

Sudah cukup lama saya tidak mendengar dan memakai istilah Golden Rules atau yang memiliki arti, aturan-aturan dasar yang selalu digunakan saat melakukan/membuat/mendesain sesuatu.

Saya menjawab, “Saya tidak selalu mengikuti aturan-aturan dasar tersebut. Saya bisa percaya dengan aturan-aturan tersebut tetapi bukan berarti saya harus selalu mengikutinya. Atau mungkin, saya akan melanggarnya.”

Dasar dari jawaban saya bukan karena saya punya aturan-aturan yang lebih benar atau menjadi sok paling pintar.

Begini gagasan saya.

Saya juga seseorang yang suka membaca buku-buku, artikel-artikel, bahkan mengagumi beberapa tokoh-tokoh desain beserta dengan gagasan-gagasan mereka.

Tetapi, pada kenyataannya, apapun yang saya baca dan mengerti belum tentu bisa saya terapkan pada konteks sesungguhnya. Mungkin saja ada yang bisa saya terapkan, tetapi tidak sepenuhnya.Contohnya seperti studi kasus atau opini seorang desainer yang menuliskan bahwa sebuah metode atau sebuah elemen user interface tidak baik untuk digunakan. Misalnya, kita sempat dibombardir dengan artikel-artikel yang mengatakan floating action button adalah contoh UX yang buruk.

Mungkin saja ya. Mungkin saja tidak.

Sayang sekali jika ternyata FAB (Floating Action Button) berpotensi menjadi solusi yang pas untuk produk yang kita sedang desain.

Menurut saya, pemikiran kritis dibutuhkan disini untuk mendorong lahirnya sebuah ide atau gagasan baru dalam menjawab persoalan-persoalan yang kita hadapi di dalam proses desain.

Bukan hanya mengiya-iyakan saja setiap kebenaran dari teori, ilmu atau aturan-aturan yang kita baca, melainkan membawanya ke dalam sebuah perenungan panjang, menantangnya jika ada yang tidak sesuai atau memodifikasinya untuk menyesuaikan dengan persoalan dan konteks yang kita hadapi.

Sebuah kebenaran belum tentu menjadi kebenaran pada konteks yang berbeda.


Mari saya membawa Snapchat sebagai contohnya. Bagaimana menurut kalian mengenai usability (kegunaan) dari User Interface di Aplikasi Snapchat?

Jelek? Aneh?

Faktanya, Snapchat berhasil memikat banyak pengguna (di Amerika, kebanyakan dari mereka adalah millenials) dengan User Interface-nya yang kontroversial.

Kita bisa mengatakan, “Apa yang dilakukan Snapchat tidak sesuai dengan aturan atau teori ideal dari buku-buku dan artikel-artikel yang kamu baca.”

Tetapi…Saya katakan sekali lagi. Mereka berhasil.

Apa yang terjadi pada Snapchat?

Saya tidak tahu — Saya tidak bisa merumuskan kesimpulan teknis yang bisa kita implementasikan pada produk digital yang sedang kita desain.

Beberapa designer dari Airbnb, Facebook dan Basecamp mencoba mengemukan pendapat mereka disini dengan tetap menyisakan pertanyaan, apakah Snapchat ini benar-benar pintar dalam menstrategikan keberhasilan mereka dengan User Interfacenya yang kontroversial ini atau hanya kebetulan yang aneh saja jika mereka bisa berhasil dengan User Interfacenya?Pada kasus Snapchat, kita bisa melihat bahwa

Tidak akan ada satu pun teori, ilmu dan aturan-aturan yang akan menjadi kebenaran mutlak dan menjadi satu ukuran untuk dikenakan.

Berpikir kritis menjadi kunci untuk mempertanyakan, menantang, memodifikasi teori, ilmu dan aturan-aturan yang ada untuk melahirkan ide/gagasan baru, yang pas bagi persoalan dan konteks kita masing-masing.

Saya sedang dalam perjalanan menulis artikel berseri tentang Menjadi Designer Produk Digital. Sebuah seri yang membawa kita untuk melihat dunia design produk digital dengan perspektif lain.

Semoga seri ini bisa membantu teman-teman di luar sana yang sedang menekuni bidang produk digital.

discuss-like Suka
icon bagikanBagikan
1 Komentar

Diskusi Populer

Top Member