author photo
PERUSAHAN BARANTUM
November 19, 2020

Rp419,2 Triliun Anggaran Infrastruktur 2020, Naik 4,9% Dibanding Realisasi tahun 2019 Rp399,7 Triliun

Beberapa tahun  terakhir, memang sektor infrastruktur yang di dalamnya terdapat bisnis di sektor konstruksi menjadi salah satu sektor yang cukup besar mendapatkan perhatian dari pemerintah. Terbuk ditahun 2020 saja angkanya diberikan kenaikan oleh pemerintah di banding tahun 2019. Dengan angka sebesar Rp419,2 triliun, pemerintah mengharapkan dampak positif yang lebih besar dari sektor infrastruktur dan konstruksi.  



Kondisi itu sejalan dengan program pemerintah yang memang banyak bertumpu pada pengembangan skala luas sektor infrastruktur dan konstruksi. Terlebih ada beberapa program unggulan seperti Pariwisata dan Ekonomi Kreatif yang memang membutuhkan keberadaan infrastruktur yang baik agar bisa mengundang turis dalam dan luar negeri.

Terlebih di tahun 2020, pemerintah telah menegaskan akan memproklamirkan 4 potensi  Bali baru seperti ; Danau Toba , KEK Mandalika, Candi Borobudur dan Labuan Baju.   Dengan adanya 4 tujuan wisata utama Indonesia di tahun 2020. Maka pemerintahpun memberikan anggaran untuk ke-4 potensi Bali baru tersebut untuk pengembangan infrastrukturya termasuk sektor Parekrafnya sebesar Rp6,49 triliun.  

Dan salah satu pelaku industri dalam sektor infrastruktur dan konstruksi yang  paling berperan untuk menyukseskan pembangunan  infrastruktur tersebut adalah pelaku bidang konstruksi.   Sepanjang tahun 2015-2018, agaknya peta industri konstruksi Indonesia mengalami sedikit perubahan. Kondisi itu pada akhirnya berpengaruh pada peta industri jasa konstruksi di tahun 2019 dan seterusnya.

Dimana perubahan tersebut berasal dari adanya pengubahan klasifikasi yang terjadi pada industri konstruksi yang ada di Indonesia. Dimana saat ini peta  yang ada dalam industri konstruksi kita, dari jumlah yang tercatat di Kementerian PUPR tahun 2018 adalah : 136.662 perusahaan kontraktor baik skala besar, menengah dan kecil.     Dimana dari jumlah tersebut perbandingannya K-1 ( nilai paket pekerjaan hingga Rp 1 miliar : 86.870 perusahaan), K-2 ( nilai paket pekerjaan hingga Rp1,75 miliar : 12.854 perusahaan , K-3 ( nilai paket pekerjaan hingga Rp2,5 miliar ; 16.302 perusahaan). 

Sedang untuk kualifikasi kontraktor, kualifikasi M-1 ( nilai proyek hingga Rp10 miliar : 15.047 perusahaan), M-2 ( nilai proyek  hingga Rp50 miliar : 3.957 perusahaan). Dan kualifikasi yang terakhir adalah : B-1 dapat mengerjakan proyek senilai hingga Rp 250 miliar dan B-2 yang dapat melaksanakan proyek konstruksi dengan nilai tidak terbatas.   Dari pengubahan klasifikasi yang terjadi pada bisnis di sektor konstruksi.

Pada akhirnya kita bisa melihat bahwa saat ini dan 5 tahun ke depan persentase jumlah paket pekerjaan yang ada lebih banyak di kerjakan oleh perusahaan skala kecil dan menengah.  Sehingga mau  tidak mau perusahaan kontraktor skala kecil dan menengah mesti meningkatkan kompetensi dan kapabilitas dirinya agar mampu bersaing dan memberikan hasil  yang terbaik  di bidangnya. Karena seperti yang disampaikan oleh  Basuki  Hadimuljono Menteri PUPR bahwa 74% Jumlah Paket Pekerjaan yang ada di Kementerian PUPR di peruntukan bagi perusahaan  yang masuk dalam kategori UKM  ( Usaha Kecil Menengah ).    


CRM, SENJATA AMPUH KONTRAKTOR UKM DALAM MEMAKSIMALKAN KINERJA PERUSAHAANYA

Dimana ada peluang, pasti disitu ada tantangan. Itulah kondisi yang saat ini terjadi pada bisnis di sektor konstruksi. Upaya untuk memaksimalkan kinerja dari perusahaan kontraktor kelas UKM harus menghadapi beberapa kendala yang mesti segera di carikan solusinya. Ada beberapa kendala seperti yang disampaikan oleh Syarif Burhanuddin Direktur Jenderal Bina Konstruksi Kementerian PUPR. Menurut Syarif potensi pasar konstruksi yang dikerjakan oleh kontraktor kelas UKM mesti mengedepankan masalah keamanan, keselamatan, kesehatan dan keberlanjutan.

Sehingga Syarif mengharapkan agar pelaku dalam bisnis konstruksi selalu meningkatkan kemampuannya, baik dalam sisi kuantitas maupun kualitas.   Menyikapi kondisi seperti yang disampaikan oleh  Syarif Burhanuddin, pada akhirnya salah satu strategi yang mesti di jalankan adalah adanya kolaborasi bisnis yang bagus antara pemerintah dan swasta. Dimana dengan adanya harapan bahwa keberadaan pelaku sektor konstruksi swasta yang mendapatkan perannya dalam menunjang pembangunan  infrastruktur dan properti di tingkat nasional, maka sudah pasti perkembangan bisnis di sektor konstruksi akan menjadi lebih baik dibanding tahun – tahun sebelumnya.

Rosan Perkasa Roeslani, selaku Ketua KADIN Indonesia menyatakan kesanggupannya bahwa sektor swasta siap menyukseskan pembangunan infrastruktur yang diprogramkan oleh pemerintah pusat dan daerah.    “Ada 4 key success yang bisa diaplikasikan pada perusahaan jasa konstruksi agar mereka bisa bersaing dengan baik, begitulah Handri Kosada, CEO Barantum.com menjelaskan. Terkait dengan apa yang disampaikan oleh Handri soal 4 key success.

Sebenarnya dasarnya adalah terkait aplikasi sistem CRM dalam perusahaan jasa konstruksi itu sendiri. Dimana secara umum bisa di jelaskan bahwa sistem CRM yang saat ini telah di kembangkan oleh Barantum berbeda dengan sistem CRM lain yang sudah ada. Dimana salah satu ke-khususkan-nya adalah CRM yang ada di Barantum.com telah terintegrasi dengan  Call Center.     Handi menjelaskan, 4 key success tersebut adalah : Key Customer  Focus,  CRM Organization, Knowledge Management dan Technology Based CRM.

 Key Customer Focus dasarnya adalah : bahwa dalam menerapkan aplikasi CRM perusahaan harus selalu berusaha  untuk  dapat memberikan satu pelayanan terbaik bagi pelanggan. Dimana jenis pelayanan yang diberikan tersebut sesuai dengan tahapan proses pekerjaan yang sedang di jalankan dengan customer. Sehingga perusahaan bisa memberikan produk dan layanan yang sesuai dengan apa yang di harapkan oleh customer.  

CRM Organization harus di dasarkan pada satu kondisi dimana Departemen Sales/ Marketing harus ada dalam struktur perusahaan. Karena dengan ter cantum nya divisi tersebut dalam struktur organisasi perusahaan, maka semua sistem dan prosedur kerja yang di jalankan akan terkontrol dengan baik dan benar. Sehingga semua hal yang terkait dalam departemen ini akan berusaha memberikan yang terbaik sesuai dengan job desk yang telah ditentukan oleh perusahaan.  

Knowledge Management, ini adalah sebuah proses kerja, sehingga jalannya mesti terdata dengan baik. Dimana pada akhirnya kecepatan dalam merespons pelanggan melalui sistem call centre yang di dalamnya bisa terdiri dari konfirmasi keluhan pelanggan ke back desk dan management bisa segera di respons tidak lebih dari 24 jam.   Technology Based CRM, inilah sejatinya kunci dari ke-4 key success yang mesti menjadi perhatian utama dari ke semua proses yang ada.  Dimana sistem ini merupakan sarana yang mutlak dan mesti di miliki oleh perusahaan. Caranya adalah dengan mendirikan Departemen IT secara mandiri dan tidak dibawah departemen tertentu. Tujuannya adalah agar semua proses kerja yang terjadi berjalan dengan baik dan benar.  


10 KENDALA DALAM BISNIS KONSTRUKSI, DAPAT DIATASI DENGAN APLIKASI CRM TERINTEGRASI

Setiap bisnis apapun namanya sudah pasti memiliki 2 sisi yang berbeda. Satu sisi adalah peluang dan sisi yang lain adalah tantangan. Sama halnya dengan kondisi yang terjadi pada sektor konstruksi. Setidaknya dari kondisi yang saat ini ada di Indonesia, memasuki tahun 2019 kita bisa melihat bahwa ada 10 kendala yang bisa menghambat lajunya pergerakan sektor konstruksi di Indonesia.

Ke-10 kendala itu adalah  : Kurangnya produktivitas pada industri konstruksi, Kompleksitas proyek konstruksi, Kinerja proyek konstruksi, Perbedaan generasi, Kurangnya tenaga kerja konstruksi terampil, Kurang komunikasi, Isu dengan subkontraktor, Adopsi teknologi baru, Stabilitas lingkungan, Saling menyalahkan.   Mungkin jika saat ini semua perusahaan jasa konstruksi berasal dari perusahaan besar semua kendala tersebut bisa di selesaikan dengan baik.

Kenapa, karena perusahaan jasa konstruksi yang besar telah menerapkan sistem dan prosedur kerja yang baik dan benar. Tapi akan menjadi berbeda ketika saat ini dan ke depan pelaku  jasa konstruksi kecil dan menengah lah yang akan banyak berperan khususnya untuk proyek yang berasal dari pemerintah.  

Beruntung seperti apa yang telah disampaikan oleh Handri Kosada, CEO Barantum.com. Karena dengan adanya sistem CRM itulah ke-10 kendala yang saat ini sedang menjadi kendala dan hambatan dalam bisnis di sektor konstruksi bisa di atasi dengan baik.  Ambil contoh misalnya  : masalah kompleksitas proyek konstruksi dalam kaitannya dengan kinerja proyek konstruksi. Sebenarnya kendala ini bisa di atasi dengan adanya fitur yang terdapat pada sistem CRM yaitu : Fitur Manajemen Pelanggan, Manajemen Aktivitas dan Manajemen Laporan.

Sementara untuk mengatasi kendala dalam hal kurangnya komunikasi  yang terkait di dalamnya masalah isu dengan subkontraktor  hal ini pun bisa diatasi dengan sistem CRM dengan memanfaatkan fitur : Manajemen Kesepakatan. Karena dengan fitur ini perusahaan dapat mengantisipasi semua hal yang kemungkinan terjadi selama proses kerja sama.   Itulah beberapa hal menarik yang bisa di atasi dengan penerapan aplikasi CRM yang terintegrasi dengan Call center.

Dimana ke semua hal tadi secara nyata memberikan satu kesimpulan bahwa aplikasi teknologi barantum pada akhirnya bisa menjadi alternative solusi terbaik bagi industri jasa konstruksi yang saat ini sedang menuju masa keemasan sejak kondisinya menurun di tahun 2015.  Dan pada akhirnya dengan menerapkan aplikasi sistem CRM dan Call center dengan baik dan benar maka sudah bisa memberikan satu  jalan bahwa kekurangan SDM yang andal dan menguasai Informasi Teknologi sudah bisa dicarikan solusi terbaiknya dengan menerapkan sistem CRM dan call center dari Barantum.com (achmad.s )  

discuss-like Suka
icon bagikanBagikan
0 Komentar

Diskusi Populer

Top Member