author photo
PERUSAHAN BARANTUM
November 17, 2020

OJK Mendorong Lembaga Pembiayaan Memaksimalkan Sistem Otorisasi Nasabah

Tingginya pertumbuhan industri pembiayaan yang terjadi hingga tahun 2019. Ini menjadi satu pembuktian bahwa keberadaan industri ini akan menjadi pendamping bagi industri perbankan yang ada di Indonesia. Dimana hingga tahun 2019, kondisinya sudah cukup baik. Ambil contoh, untuk tahun 2018 saja total aset industri pembiayaan mampu tumbuh sebesar 6% menjadi Rp431,9 trilliun. Sedangkan untuk tahun 2017 masih berada di angka Rp255 trilliun.    



Sementara untuk pangsa pasar nya sendiri, hingga tahun 2019 memang masih di pegang oleh sektor pembiayaan multi guna dibanding pembiayaan untuk modal kerja. Dimana  untuk sektor multi guna masih berada di angka 60% dibanding modal kerja yang berada di angka 40%. Namun sayangnya, bagusnya kondisi yang ada saat ini di sektor pembiayaan, masih di hadapi adanya kendala yang mesti segera di carikan solusinya.

Adalah double pledging ( jaminan ganda ) yang saat ini masih menjadi salah satu kendala dalam pengembangan bisnis di sektor pembiayaan. Itulah sebabnya, pihak Otoritas Jasa Keuangan selaku pihak yang berkompeten terhadap masalah diatas mengharapkan adanya peran aktif dari pelaku industri pembiayaan agar mereka merealisasikan penggunaan sistem pengenalan masalah atau know your customer (KYC) versi digital atau e-KYC.  

Hal itu sejalan dengan apa yang disampaikan oleh Bambang W Budiawan, Kepala Departemen Pengawasan Industri Keuangan Non Bank (IKBN) bahwa saat ini yang mesti dilakukan oleh para pelaku di industri pembiayaan adalah memantapkan keberadaan sektor industri pembiayaan di Indonesia. Yaitu dengan mengoptimalkan service untuk meningkatkan kepercayaan konsumen terhadap  industri pembiayaan.  

Hingga masuk tahun 2019, setidaknya ada 3 tantangan terbesar yang ada di industri pembiayaan (multifinance). Pertama membangun kepercayaan public terutama customer dan investor terhadap  industri pembiayaan. Kedua sistem permodalan yang masih menjadi kendala dalam pengembangan industri pembiayaan dan ketiga adalah menjadi maksimal penggunaan teknologi digital.  

Terkait permasalahan yang di hadapi pelaku dalam industri pembiayaan. Handri Kosada, CEO Barantum.com, memberikan komentarnya. “ CRM yang dikembangkan oleh Barantum.com memang berbeda dengan aplikasi lainnya. Kenapa, karena aplikasi ini memang sengaja di desain untuk membantu perusahaan untuk meningkatkan angka pertumbuhan omzet penjualan/ pemasaran  bagi perusahaan. Dimana dasar yang di gunakan untuk peningkatan tersebut  lanjut Handri yang merupakan Founder dari Barantum.com didasarkan pada database customer salah satunya.

Sekadar informasi, Barantum.com adalah sebuah aplikasi yang fokus pada aplikasi sistem CRM (Customer Responsible Management). Dimana sistem CRM yang di kembangkan oleh Barantum telah di integrasi kan dengan sistem Call Center sehingga sistem ini mampu menjadi alternative solusi terbaik  yang  bisa di aplikasi kan untuk menjawab masalah yang di hadapi industri pembiayaan.    

Apa yang di sampaikan oleh Handri  memang bukan sekedar komentar semata. Karena hingga memasuki tahun 2019, terbukti aplikasi ini sudah terbukti  mampu mendorong peningkatan omzet penjualan/ pemasaran dari sekitar 20 sektor industri yang ada di Indonesia. Dimana dari 20 sektor industri tersebut, seperti  report yang di sampaikan Divisi Research & Development Barantum.com ada 5 sektor utama yang paling banyak menjadi klien Barantum.com adalah : industri yang berbasis teknologi, industri retail/ distribusi, industri electronic, industri advertising dan tidak ketinggalan industri pembiayaan ( finance ) menjadi salah satu industri yang telah membuktikan keampuhan  sistem aplikasi berbasis CRM & Call Center ini.    

CRM DALAM BARANTUM.COM MAMPU MENCEGAH UPAYA  DOUBLE PLEDGING

Perkembangan teknologi memang pada akhirnya harus  bisa menjadi salah satu alternative solusi terbaik untuk sektor bisnis. Dimana keberadaan teknologi yang saat ini hampir masuk kesemua sektor industri, pada akhirnya memang mesti menjadi salah satu kunci sukses dari industri tersebut agar  bisa berkembang lebih cepat.  

Sama halnya dengan industri pembiayaan, jika saat ini masalah double pledging (jaminan ganda)  masih menjadi kendala. Maka dengan pemanfaatan teknologi yang ada seharusnya masalah ini bisa segera di tangani. Terkait dengan pemanfaatan teknologi, sekadar menjelaskan apa  yang di awal telah di jelaskan oleh Handri Kosada. Sistem CRM yang di miliki Barantum.com seharusnya sudah bisa menjadi alternative solusi terbaik untuk mengatasi masalah double pledging.

Kenapa, karena sistem aplikasi CRM tersebut mampu melakukan otorisasi customer sehingga data base customer yang ada bisa tertata dengan baik. Jika pendataan customer telah berjalan dengan baik, maka secara otomatis tidak akan mungkin terjadi double pledging karena status dari nasabah tersebut telah  ter-record dengan baik di sistem CRM tersebut.   Sekadar menjelaskan beberapa fitur yang ada di Barantum.com untuk menganalisa database customer.

Terdapatnya Fitur Manajemen Pelanggan ( menjelaskan update setiap detail pelanggan, sehingga anda bisa berinteraksi dengan prospek anda kapan saja dan dimana saja. Sistem mampu memprioritaskan hasil penjualan dengan menyusun semua data pelanggan di satu tempat yang tersusun rapi. Sistem mampu memberikan perhatian penuh kepada pelanggan anda sehingga anda tidak akan terlewatkan hubungan dengan satu pelanggan-pun). 

Fitur Manajemen Aktivitas ( sistem mampu meningkatkan aktivitas penjualan dengan adanya pendekatan khusus, sistem mampu melakukan pelacakan aktivitas tim penjualan sehingga setiap bisnis perlu berkembang untuk sesuai dengan target  yang di harapkan perusahaan). Menariknya lagi, sistem ini juga terintegrasi dengan semua aplikasi dan Call Center ( sehingga di mana pun anda berada dapat dengan mudah melakukan koordinasi tugas dengan baik ).  

Agar anda bisa mendapatkan informasi lebih jauh tentang CRM dan fungsinya, Berikut kami sertakan beberapa pendapat ahli soal CRM. CRM dapat pula didefinisikan sebagai integrasi dari strategi penjualan, pemasaran dan pelayanan yang terkoordinasi (Kala kota dan Robinson 2001). CRM menyimpan informasi pelanggan dan merekam seluruh kontak yang terjadi antara pelanggan dan perusahaan, serta membuat profil pelanggan untuk staf perusahaan yang memerlukan informasi tentang pelanggan tersebut (Laudon dan Traver 2002). Temporal and Trott (2001) menjelaskan bahwa CRM adalah kolaborasi dengan setiap konsumen untuk menciptakan situasi win-win dengan meningkatkan nilai kehidupan pelanggan setiap harinya agar menjadi loyal.  

SAATNYA INDUSTRI PEMBIAYAAN MEMAKSIMALKAN TEKNOLOGI DIGITAL

Sekalipun masih berusia muda, namun perkembangan bisnis di sektor pembiayaan  ke depan akan semakin menarik. Hal  itu bisa kita lihat dari beberapa kondisi yang  dialami oleh pelaku dalam bisnis pembiayaan  yang ada di Indonesia.   Berikut kami sertakan contoh 2 perusahaan yang hingga masuk tahun 2019 sudah mampu menyalurkan  kredit  yang cukup besar.

Ambil contoh ACC ( Astra  Credit Company),  Januari 2018 angka penyaluran kredit yang mampu disalurkan menyentuh angka Rp2,6 triliun. Dimana dalam 2 bulan saja total kredit yang di salurkan  mencapai Rp5,1 triliun. Jika ACC saja dalam 2 bulan berani mematok angka penyaluran yang cukup besar. Tidak jauh beda dengan Adira Finance. Perusahaan ini hingga  Mei 2018 saja sudah mampu memberikan kredit Rp15,3 triliun. Jumlah ini meningkat sebesar 20,5%  dibanding periode yang sama di tahun 2017 yanng sebesar Rp12,7 triliun. 

Ada beberapa hal yang membuat sektor ini cukup menarik  pertama sektor  ini bisa menjadi alternative solution bagi customer yang membutuhkan pembiayaan, tentunya di samping pembiayaan melalui perbankan. Kedua sistem pembiayaan yang dilakukan oleh lembaga pembiayaan non bank, biasanya memberikan satu persyaratan  teknis yang mungkin lebih ringan dibanding sektor perbankan serta beberapa kelebihan lainnya.  


Namun di samping menariknya sistem  yang ada, memang tidak bisa di pungkiri bahwa masalah pemanfaatan teknologi saat ini dan ke depan sudah tidak bisa di tunda lagi. Kondisi ini bisa di lihat dari perkembangan yang terjadi di sektor industri pembiayaan atau saat ini juga terkenal dengan istilah bisnis fintech.  Sekalipun industri ini baru berjalan sekitar 2 tahun namun jika bisa melihat bisnis ini cukup menjadi solusi karena aplikasi  yang dijalankan tidak sekaligus berhubungan dengan masalah pemberian kredit.

Tetapi yang paling penting adalah sistem yang di jalankan sudah mengaplikasikan  teknologi digital dalam sebuah sistem yang terintegrasi. Itulah kenapa, saat ini dan ke depan masalah pemanfaatan teknologi digital pada akhirnya bisa menjadi jalan keluar terbaik dalam mengantisipasi beragam masalah  yang saat ini di hadapi sektor industri pembiayaan atau bisnis fintech di Indonesia.   Kenapa, karena tidak bisa di pungkiri untuk mendukung perluasan cakupan pemasaran, memperbaiki citra credit scoring system serta menyediakan berbagai opsi payment points agar mempermudah customer atau debitur dalam melakukan angsuran maka keberadaan sistem aplikasi yang terintegrasi dengan teknologi digital menjadi sebuah kebutuhan. (achmad.s)  

discuss-like Suka
icon bagikanBagikan
0 Komentar

Diskusi Populer

Top Member