Mengenal 7 Manfaat Teknologi Blockchain Untuk Indonesia

Rhein Mahatma . March 26, 2020

Teknologi blockchain akhir-akhir ini banyak menjadi pembicaraan di kalangan teknologi, investor/spekulator, juga ekonom, karena memiliki kemampuan yang tidak dimiliki oleh teknologi lainnya.


The Blockchain Will Do to the Financial System What the Internet Did to Media - Joi Ito (MIT Media Lab, Investors)


Banyak negara juga sudah serius mempertimbangkan teknologi blockchain, misalnya Australia dan India yang telah membuat roadmap teknologi blockchainnya, juga USA yang di awal Maret 2020 mengadakan hearing manfaat blockchain untuk UKM.

Blockchain saat ini bisa jadi menjadi teknologi yang paling hype (sumber gambar : Google Trends). Selama 10 tahun terakhir, teknologi ini telah tumbuh sangat cepat, juga dikatalisasi oleh melonjaknya harga cryptocurrency dan kapitalisasi pasarnya. Sejak saat itu aplikasi blockchain terus dikembangkan, industri baru dan regulasi baru mulai muncul, kebutuhan engineer juga terus tumbuh di seluruh dunia.

Kita sudah melihat digitalisasi informasi (digitalization of information) di gelombang pertama internet dalam 10-20 tahun terakhir, lalu dari sekarang sampai 5-10 tahun ke depan dengan teknologi blockchain kita akan melihat digitalization of value, yang disebut juga “internet of value”.

Di Indonesia, sampai saat ini hanya ada 1 perusahaan teknologi yang berupa platform blockchain, yang berarti memiliki teknologi blockchainnya sendiri, yaitu Vexanium.com yang memungkinkan programmer dan digital entrepreneur membangun Decentralized Application (Dapp) di atas platformnya.

Teknologi database blockchain memiliki beberapa karakter, antara lain, data yang dicopy ke banyak tempat (disebut miner/penambang) dan menggunakan konsep kriptografi, data yang hanya bisa ditambahkan - tidak bisa diedit/dihapus, menggunakan consensus mechanism, settlement yang instant.

Apa sih hal-hal menarik dari karakter blockchain dan juga manfaat blockchain ? yuk kita simak sebagai berikut :


1. Teknologi blockchain bisa membuat barang digital menjadi unik

Sejak jaman internet muncul, para ilmuwan teknologi sudah mencari cara bagaimana bisa membuat uang seperti halnya file MP3 yang bisa dipindahkan ke seluruh dunia tanpa batas, tanpa proses settlement di belakangnya. Sedangkan uang tentu berbeda dengan file MP3, karena uang jika dipindah dari si Adi ke Budi, maka uang di titik awal harus dihapus/dipindah ke titik tujuan. Hal ini tidak memungkinkan sebelum adanya blockchain, disebut dengan memecahkan masalah “double spending” karena setiap ada transaksi akan meminta konfirmasi ke nodes/penambang yang terlibat menjadi miner/penambang dalam jaringan blockchain tersebut.


2. Data yang aman

Karakter database yang tidak bisa dihapus dan diedit, membuatnya cocok digunakan di sektor industri di mana banyak pemain/perusahaan yang saling bersaing terlibat namun juga di saat bersamaan harus berkolaborasi. Misalnya industri supply chain, juga trade finance yang biasanya terkait ekspor impor barang di pelabuhan. 

Misalnya di sektor supply chain, Anda ingin membeli furniture dan ingin memastikan furniture Anda tidak terkait dengan child labour, sesuai ketentuan tenaga kerja, atau, Anda ingin memastikan obat yang Anda beli adalah obat asli dan bisa di track dengan aplikasi. Jika menggunakan jenis database biasa yang memiliki akses database CRUD (Create, Read, Update, Delete) biasanya sulit karena di sektor industri tersebut melibatkan banyak kepentingan dalam proses perpindahan barang tersebut yang kadang-kadang bertentangan.


3. Blockchain bisa menghilangkan middleman

Teknologi blockchain memungkinkan terjadinya transaksi secara langsung (peer to peer) di antara customer dengan vendor/producer/penyedia jasa yang saat ini dikuasai oleh middleman yang kebanyakan adalah platform teknologi, di mana platform ini adalah “rahasia” supaya yang kaya menjadi tambah kaya dan menjadi penyebab terjadinya kesenjangan pendapatan (baca : https://platformed.info/how-digital-platforms-increase-inequality/) 

“Blockchain will replace network with market” - Naval Ravikant (Tech Investor)


4. Teknologi blockchain bisa mengupgrade “sharing economy”

Sharing economy saat ini umumnya sangat membatasi vendor/penyedia jasa di dalamnya di mana para customer untuk menggunakan jasa vendor diharuskan menggunakan aplikasi dari si pemilik platform supaya pemilk platform bisa mengenakan fee. Kalau di blockchain, di mana aplikasinya disebut Decentralized App (Dapp) - alias aplikasi tanpa middleman, karena transaksi bersifat peer to peer, maka tidak ada fee yang seringkali sangat tinggi kepada middleman.

Developer dari aplikasi blockchain walaupun menggunakan platform teknologi dari pemilik platform blockchain seperti Vexanium, tetapi dalam eksekusinya atau pemakaian aplikasinya bisa membuat website sendiri, membuat aplikasi sendiri, bisa dipakai tanpa harus membayar fee ke platform blockchain, juga bisa melakukan fundraising dari investor secara mandiri tanpa melibatkan pemilik platform (Vexanium).

Dalam angle atau sudut pandang yang sedikit berbeda, kemampuan blockchain untuk mengupgrade sharing economy bisa juga disebut kemampuan blockchain untuk meredefinisi kapitalisme.  Ini bukan hal yang kecil lho. Yuk kapan2 kita bahas di artikel lainnya.


5. Data di tangan user/customer

Dengan teknologi blockchain, kepemilikan data berada di customer, tidak dikuasai oleh platform teknologi besar.

Saat ini UKM online sangat tergantung pada platform teknologi multinasional raksasa dalam menjalankan bisnisnya (baca : beriklan di platform) karena karakter protocol internet HTTP yang tidak bisa menyimpan data, sehingga data disimpan oleh pihak ketiga (platform) yang bisa dimonetize tanpa ijin Anda. Namun dengan blockchain, kepemilikan data berada di user (Anda), Anda mau menjualnya atau tidak, terserah Anda, data medis Anda, mau berikan akses ke rumah sakit yang mana, terserah Anda juga. 

protocol blockchain bisa menyimpan data


6. Blockchain bisa membuat bangsa Indonesia lebih makmur

Dalam buku “The prosperity paradox”, Dr.Clayton Christensen membagi inovasi menjadi 3 jenis : efficiency innovation, sustaining innovation dan market-creating innovation.

Efficiency innovation tidak banyak menghasilkan lapangan kerja karena sifatnya mengurangi biaya, sedangkan sustaining innovation tidak banyak membantu meningkatkan ekonomi karena masih mentarget existing customer,

Jenis inovasi yang paling berdampak bagi bangsa adalah jenis market-creating innovation.

Inovasi blockchain adalah inovasi jenis market-creating, bisa membuka pasar baru karena  membuat user bisa melakukan apa yang sebelumnya tidak bisa dilakukan, misalnya dengan dana sangat kecil (bisa di bawah 100 ribu) bisa berpartisipasi dalam investasi startup “the next big things” seperti Gojek (tidak harus menunggu IPO di mana sahamnya dijual dengan valuasi mahal), atau berpartisipasi dalam investasi property tanpa harus memiliki dana ratusan juta. Ingat bahwa blockchain adalah teknologi pencatatan di mana kepemilikan saham dan property juga adalah terkait kepemilikan. Dengan teknologi blockchain yang memungkinkan perusahaan membuka market baru, maka perusahaan tersebut harus membangun infrastruktur untuk melayani market tersebut dan membuka lapangan kerja lebih luas untuk masyarakat.

Want to foster prosperity ? Focus on market-creating innovation - Dr.Clayton Christensen

Blockchain juga memungkinkan munculnya decentralized Finance yang berpotensi "memerdekakan" dunia finansial (kita bahas di artikel lain yah!).


7. Blockchain bisa merevolusi sistem pencatatan

Sebelum era 2000an kita sama sekali tidak membayangkan menggunakan smartphone dan internet kita bisa berkomunikasi dengan teman sekolah SD kita dulu dengan social media atau chat app.

Teknologi blockchain akan mentransformasi sistem recordkeeping (database) seperti halnya internet mentransformasi cara kita berkomunikasi.

Misalnya di dokumen blockchain roadmap India, disebutkan potensi blockchain untuk melakukan “governmental disintermediation” yang berarti lembaga negara yang selama ini berfungsi sebagai “tukang stempel” dan mengurus data-data (misalnya akta kelahiran, akta tanah) tetapi tidak menambahkan value apapun, bisa berubah fungsinya menjadi lebih efisien karena penerapan blockchain.

Terkait sistem pencatatan, sedikit sharing saja tentang dampak dari "pencatatan" ini, Anda yang pernah belajar sistem akuntansi, mungkin pernah dengar istilah "single entry accounting" yang memiliki banyak keterbatasan.

Di tahun 1500 ada matematikawan bernama Luca Bartolomes Pacioli, bersama rekannya Leonardo Da Vinci, mempublikasikan buku berjudul "Summa de arithmetica, geometria, proportioni et proportionalita" yang memperkenalkan double entry accounting.

Tahukah Anda dampak dari double entry accounting ? 

Jawabannya, perusahaan bisa dibuat, alias lahirnya kapitalisme.

Dengan single entry entry accounting, "perusahaan" tidak bisa dibuat. Mungkin saja double entry accounting adalah "most influential work in the history of capitalism".



Bagaimana dengan blockchain ? Bisakah 5,10,15 tahun lagi kita bisa melihat perusahaan jenis baru yang, mungkin saja meredefinisi bisnis ? mendisrupsi banyak sektor ? Kenapa tidak ?



Ditulis oleh Rhein Mahatma, Director di Vexanium dan sering nulis di Digitalis.id


author1
teknologi id bookmark icon

Tinggalkan Komentar

1 Komentar