Ilustrasi: Shutterstock
Teknologi.id - Ketua Komisi VII DPR, alat kelengkapan dewan yang membidangi riset, teknologi dan energi, Sugeng Suparwoto mengatakan tim dari Amerika Serikat berkunjung ke DPR pekan lalu dalam rangka meminta izin untuk melakukan riset terkait kandungan uranium di Kalimantan Barat.
Dikutip dari CNN Indonesia, dalam diskusi daring pada Kamis (26/1) Sugeng mengatakan, "Komisi VII telah melakukan hampir setiap bulan dikunjungi oleh berbagai pemangku kepentingan dari luar negeri. Terakhir kemarin dari AS, minggu lalu persisnya. Mereka menyampaikan research dengan biaya kurang lebih US$9 juta (Rp134,6 miliar) di Kalbar,"
Baca juga: Apple Umumkan Harga Tukar Tambah Baru untuk iPhone, Ini Daftarnya
Dalam acara yang bertajuk Politik dan Strategi Menuju Net Zero Emission itu, Sugeng juga menjelaskan bahwa Kalbar dipilih menjadi wilayah yang hendak dilakukan riset karena memiliki cadangan nuklir yang terbilang cukup besar dan merupakan salah satu sumber bahan baku bauksit yang bisa diubah menjadi aluminium.
Atas alasan itu, menurut Sugeng, Indonesia potensial punya cadangan uranium yang bisa diolah sendiri. Terlebih jika AS sudah terbilang serius untuk melakukan riset di wilayah Kalbar.
Peluang Rusia
Sebelumnya, Badan Pengawas Tenaga Nuklir (Bapeten) menjelaskan bahwa pihaknya membuka peluang untuk melanjutkan kerja sama nuklir dengan Rusia.
"Yang jelas kami bekerja sama dengan semua pihak, kami bekerja sama dengan Rusia, Prancis, Kanada, AS, Jepang dan Korea. Jadi hampir semua negara yang mempunyai teknologi nuklir kami bekerja sama. Dengan Rusia tidak menutup kemungkinan," kata Sugeng Sumbarjo Pelaksana Tugas Kepala Bapeten, dikutip dari CNN Indonesia.
Baca juga: Wow! ChatGPT Berhasil Lulus Ujian Program MBA di Wharton School
Isu kerja sama dengan Rusia muncul ke permukaan usia pertemuan Joko Widodo dengan Presiden Rusia Vladimir Putin pada Juni tahun lalu. Dalam pertemuan tersebut, Putin tertarik untuk bekerja sama di bidang pengembangan teknologi nuklir. Putin juga menjelaskan bahwa di negaranya ada beberapa perusahaan teknologi yang diklaim berpengalaman seperti Rosatom yang bersedia terlibat dalam proyek bersama.
Di samping itu Kepala Bapeten juga mengungkapkan lokasi yang rencananya bakal dibangun reaktor Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN). Sugeng menyebut Kalimantan Barat dan Bangka Belitung potensial untuk menjadi PLTN mestki masih diteliti oleh Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN).
(cta)
Tinggalkan Komentar