Foto : Asia Fintech
Teknologi.id - Cina kembali menggemparkan dunia teknologi dengan menghadirkan platform berbasis AI yang bernama 'Supermind'. Teknologi ini dirancang untuk melacak aktivitas jutaan ilmuwan dan peneliti di seluruh dunia.
Platform super canggih ini dilengkapi dengan 300 juta makalah penelitian ilmiah dan 120 juta paten, serta dapat mengidentifikasi dan menganalisis lebih dari 130 juta ilmuwan di seluruh dunia untuk memberikan wawasan tentang pekerjaan dan kontribusi mereka.
Dengan kecanggihannya itu menjadikan Supermind sebagai teknologi yang berpotensi untuk membangun masa depan.
Mengutip Newsweek, Supermind menjadi proyek ambisius Cina dalam mewujudkan visi Presiden Xi Jinping untuk memposisikan negara tersebut sebagai kekuatan dominan dalam ilmu pengetahuan dan teknologi pada tahun 2049.
Teknologi ini berpusat di Shenzhen yang merupakan pusat raksasa teknologi global seperti Huawei dan Tencent. Selain itu, teknologi ini juga mencakup beberapa kota tetangga, seperti Makau dan Hongkong dalam jaringannya.
Dalam pembangunan proyek ini, Pemerintah Daerah Shenzhen mengeluarkan investasi awal sebesar $280 juta. Proyek ini menjadi penanda niat Cina untuk bersaing dengan kekuatan teknologi terkemuka, seperti Amerika Serikat.
Baca juga : Bank Indonesia Mulai Terapkan AI untuk Pengawas an Transaksi
Supermind menggunakan algoritma kecerdasan buatan untuk menyusun basis data yang komprehensif yang memungkinkan pengguna dalam menentukan talenta tertentu berdasarkan keahlian, memfasilitasi upaya perekrutan, dan akuisisi teknologi.
Melalui teknologi ini, Cina berupaya untuk mendapatkan berbagai talenta kompetitif di bidang-bidang penting seperti kecerdasan buatan, komputasi kuantum, dan teknologi semikonduktor.
Di sisi lain, menurut analis geopolitik dan pakar teknologi, memenangkan perlombaan dalam menciptakan suatu terobosan teknologi dapat mengubah keseimbangan kekuatan internasional. Dengan perluasan pengaruh Cina di sektor teknologi, memunculkan kekhawatiran atas privasi data, hak kekayaan intelektual, dan keamanan nasional.
Selain itu, upaya Cina untuk membatasi akses pihak luar terhadap basis data ilmiahnya dan tuduhan spionase serta pencurian kekayaan intelektual telah memicu ketegangan dengan negara-negara lain.
Baca juga berita dan artikel yang lain di Google News
(ftn)
Tinggalkan Komentar