Foto: Sopa Images
Teknologi.id - Setelah kelompok Taliban menguasai hampir seluruh kawasan Afghanistan, keadaan disana pun semakin kacau termasuk bagi para jurnalis yang ingin mencari tahu sejumlah informasi penting.
Baru-baru ini, Taliban membunuh seorang jurnalis asal India bernama Nematullah Hemat, jurnalis yang bekerja di Gharghast TV. Beberapa media yakin bahwa ia diculik oleh kelompok Taliban, diawali dengan penggerebekan rumah dari tiga jurnalis DW. Tak hanya jurnalis, diperkirakan Taliban juga akan mengincar Toofan Omar selaku kepala stasiun radio Paktia Ghag Radio.
Sekitar dua orang yang berasal dari kelompok Taliban juga menembak dan membunuh penerjemah, Amdullah Hamdard, yang sering menjadi kontributor surat kabar Jerman Die Zeit pada 2 Agustus di kota Jalalabad, Afghanistan Timur. Seiring dengan gentingnya situasi di negara ini, aksi kejahatan yang dilakukan Taliban pun semakin meraja lela.
Dikabarkan sebulan yang lalu tepatnya pada Jumat, (16/7/2021), salah satu jurnalis Reuters asal India bernama Danish Siddiqui meninggal di Kandahar, yang di asumsikan dibunuh oleh kelompok Taliban.
Siddiqui telah ditempatkan sebagai jurnalis sejak awal pekan ini dengan pasukan khusus Afghanistan yang berbasis di provinsi Kandahar Selatan. Ia juga telah melaporkan pertempuran antara pasukan komando Afghanistan dan anggota Taliban.
"Danish merupakan jurnalis terbaik, seorang suami dan ayah yang berdedikasi, serta rekan yang amat dicintai. Kami turut berduka cita akibat adanya peristiwa mengerikan ini," ungkap Michael Friendenberg selaku Direktur Utama Reuters dan Alessandra Galloni selaku Kepala Editor.
Di sisi lain, salah satu perusahaan media, DW juga tengah berduka cita akibat terbunuhnya editor mereka yang sedang bertugas di negara Afghanistan.
"Terjadinya pembunuhan pada salah satu editor terdekat kami yang disebabkan oleh Taliban kemarin itu sangat tragis, dan membuktikan bahayanya di mana semua karyawan kami dan keluarga mereka di Afghanistan menemukan diri mereka sendiri," ucap Peter Limbourg, Direktur DW.
Pada konferensi pers pertama, juru bicara Taliban, Zabihullah Mujahid meyakinkan masyarakat dunia bahwa perempuan akan diperbolehkan bekerja.
"Saya mengingatkan kepada publik bahwa kami memaafkan semua orang, karena ini demi perdamaian dan stabilitas di Afghanistan. Semua kelompok yang menghadapi kami semua dimaafkan," kata Mujahid.
Namun nampaknya Taliban dengan jelas menunjukkan betapa berharganya pernyataan-pernyataan ini. Oleh karena itu, organisasi Reporters Without Borders telah meminta kepada Dewan Pengamanan PBB untuk mengadakan sesi khusus informal guna mengatasi situasi berbahaya yang dihadapi para jurnalis di Afghanistan.
(DA)