Foto: Civitas Institute
Teknologi.id – Pada era pandemi Covid-19 membuat perubahan beberapa
perilaku misalnya konsultasi kesehatan
kini banyak dilakukan secara online.
Namun ada sisi yang kurang baik
terkait hal tersebut, menurut penelitian Global
Kaspersky mengungkap bahwa 30 persen penyedia layanan kesehatan pernah
mengalami kasus.
Yaitu karyawan mereka membahayakan informasi pribadi pasien
selama konsultasi jarak jauh. Selain itu, hampir setengah dari penyedia layanan setuju bahwa dokter mereka tidak memahami dengan jelas bagaimana data pasien
dilindungi.
Bahkan 67 persen dari mereka percaya bahwa penting bagi sektor kesehatan
untuk mengumpulkan lebih banyak
informasi pribadi demi pengembangan industri lebih lanjut.
Pelanggaran data tidak selalu
terjadi sebagai akibat dari aksi para pelaku kejahatan siber. Bisa juga
informasi dapat dikompromikan oleh pihak
internal.
"Oleh karena itu mereka
harus memberikan perhatian penuh pada keamanan informasi yang diterima,"
ujar Kaspersky lewat keterangan tertulis.
Menggunakan aplikasi yang tidak
diperuntukkan bagi perawatan kesehatan dinilai memiliki risiko, seperti yang
ditunjukkan oleh Peter Zeggel, CEO salah satu penyedia Telehealth di Jerman.
"Aplikasi Telehealth secara khusus dirancang dan disertifikasi untuk melindungi data pribadi yang sensitif,”
Baca juga: Layanan Teledokter Kini Hadir di Aplikasi PeduliLindungi
“Dengan melewatkan perlindungan
tingkat tinggi seperti ini berarti berisiko kehilangan kepercayaan, tindakan
disipliner, dan konsekuensi yang cukup besar," katanya.
Untuk meminimalkan risiko insiden
yang disebabkan secara internal dan memberikan perspektif baru bagi industri,
organisasi layanan kesehatan harus menyesuaikan kebijakan keamanan siber mereka
agar pengguna mendapat jaminan keamanan.
Hal ini termasuk panduan yang
jelas tentang penggunaan layanan dan sumber daya eksternal, kebijakan penerapan
kata sandi yang kuat, serta kebijakan persetujuan privasi pengguna.
(fpk)