Teknologi.id - China merupakan negara dengan konsumen babi terbesar di dunia. Negara panda ini telah melakukan berbagai upaya untuk menekan ketergantungan pada babi hasil pembiakan impor. Sekarang upaya mereka telah membuahkan hasil. Para peneliti di China telah mengejutkan dunia dengan kesuksesannya mengembangkan proses kloning babi yang sepenuhnya dikerjakan oleh robot.
Keberhasilan ini ditandai dengan peristiwa di bulan Maret 2022 lalu, dimana seekor induk babi berhasil melahirkan tujuh anak babi yang dihasilkan melalui proses kloning. Penelitian ini dilakukan di College of Artificial Intelligence di Universitas Nankai di Tianjin, China.
Menurut Pan Dengke, seorang mantan peneliti di Chinese Academy of Agricultural Sciences yang membantu memproduksi babi kloning pertama di China pada tahun 2005, jika sistem otomatis ini berhasil dikembangkan, maka perangkat kloning tersebut dapat dibeli oleh perusahaan atau lembaga penelitian mana pun. Sehingga ilmuwan tidak perlu melakukan proses kloning manual yang memakan waktu.
Baca Juga : Bagaimana Robotik dan Otomatisasi Akan Mengubah Tempat Kerja
Proses Kloning Babi di Laboratorium
Cara paling umum untuk mengkloning embrio di laboratorium adalah dengan cara transfer inti sel somatik. Proses ini cukup memakan waktu dan harus dilakukan dengan bantuan mikroskop. Dibutuhkan sel telur (Oosit) dan sel tubuh (sel Somatik) yang diambil dari hewan untuk melakukan proses ini. Peneliti akan mengeluarkan inti dari sel telur yang berasal dari hewan lain dan menggantinya dengan inti dari sel tubuh.
Sebenarnya, tim dari Universitas Nankai telah berhasil menghasipkan anak babi pertama yang dikloning menggunakan robot ditahun 2017 silam. Namun, pada percobaan kloning pertama ini, beberapa tahap dalam proses kloning, termasuk mengeluarkan inti dari sel telur, masih harus dilakukan oleh manusia. Mulai dari itulah para peneliti terus meningkatkan algoritma yang mereka gunakan untuk mengontrol proses kloning, sehingga sekarang mereka dapat melakukan kloning secara penuh secara otomatis.
Dalam lima tahun terakhir, tim juga telah mampu meningkatkan tingkat keberhasilan pengembangan embrio kloning dari 21% menjadi 27,5%, dibandingkan dengan tingkat keberhasilan 10% untuk operasi manual.
"Sistem bertenaga AI kami dapat menghitung ketegangan di dalam sel dan mengarahkan robot untuk menggunakan kekuatan minimal untuk menyelesaikan proses kloning, yang mengurangi kerusakan sel yang disebabkan oleh tangan manusia," ujar Liu Yaowei, salah satu anggota pengembang sistem kloning.
Liu berharap kemajuan ini dapat membuat stok babi berkualitas tinggi lebih banyak tersedia di China, dan bahkan dapat membantu negara itu mandiri di tengah kekhawatiran akan rentannya pembatasan impor dari AS dan negara-negara Barat lainnya.
Dalam lima tahun terakhir, tim juga telah mampu meningkatkan tingkat keberhasilan pengembangan embrio kloning dari 21% menjadi 27,5%, dibandingkan dengan tingkat keberhasilan 10% untuk operasi manual.
"Sistem bertenaga AI kami dapat menghitung ketegangan di dalam sel dan mengarahkan robot untuk menggunakan kekuatan minimal untuk menyelesaikan proses kloning, yang mengurangi kerusakan sel yang disebabkan oleh tangan manusia," ujar Liu Yaowei, salah satu anggota pengembang sistem kloning.
Liu berharap kemajuan ini dapat membuat stok babi berkualitas tinggi lebih banyak tersedia di China, dan bahkan dapat membantu negara itu mandiri di tengah kekhawatiran akan rentannya pembatasan impor dari AS dan negara-negara Barat lainnya.
(ak)