Jakarta, 22 Februari 2021 – Tren industri esports yang terus bertumbuh kuat di tengah pandemi, menjadi magnet bagi banyak orang. Beragam jenis pekerjaan didalamnya mulai dari player, streamer hingga manager klub tampak sebagai peluang karir yang menjanjikan. Sebagai industri baru dengan perkembangan pesat, aspek legal mendasar didalamnya masih banyak menjadi pertanyaan.
Oleh karena itu, UniPin sebagai leading top up platform untuk online game, mengajak mahasiswa mendalami aspek legal dan hukum yang berperan penting dalam menentukan kesuksesan pada industri esport. Melalui Webinar bertajuk “Pentingnya Memahami Kontrak dan Perjanjian Kerja dalam Dunia Esports” yang diselenggarakan Senin (22/02) lalu. Unity (UniPin Community) mengundang pakar dalam industri esport untuk dapat berbagi insight kepada seluruh peserta dalam aktivitas ini. Hadir sebagai narasumber, Erick Herlangga, Founder & President Louvre Dewa United dan Louvre Esports, serta Yudistira Adipratama, Ketua Bidang (Kabid) Hukum dan Legalitas PBESI (Pengurus Besar Esports Indonesia) dan Partner K-Case Lawyer.
Sebagai pemilik klub basket serta esports di saat bersamaan, Erick mengakui kedua bidang memiliki banyak perbedaan. Terutama dalam hal penentuan kontrak kerjasama antara pemilik klub dengan pemain. Perbedaan yang cukup jelas berkaitan dengan aturan yang berlaku saat ini. Jika basket sudah memiliki PERBASI (Persatuan Bola Basket Seluruh Indonesia), Erick berharap kehadiran PBESI bisa membantu menyelesaikan gap yang ada. Meskipun begitu, Erick menyarankan kepada para calon pemain untuk teliti dan berhati-hati dalam menandatangani kontrak atau perjanjian yang ditawarkan,
“Pemain nggak bisa komplain, karena ketika kontrak itu diteken oleh orang dewasa, maka itu seharusnya sah secara hukum. Jangan sembarangan tandatangan, kalau tidak paham ya diskusi. Dengan adanya PBESI, mungkin bisa kesana. Misal sungkan, bisa tunjuk agency.”
Di sisi lain, Yudhistira yang memotori perumusan aturan esports melalui PBESI, telah banyak berbagi penyusunan rencana-rencana aturan ke depan. Ia sempat membocorokan pula, bahwa sebagai salah satu negara dengan ekosistem esports terbesar di Asia, PBESI berinisiatif untuk menjadi contoh bagi di negara lain. Sehingga, meyakinkan agar aspek-aspek kecil yang ada, tidak akan terlewatkan.
Yudhis - panggilan akrab Yudhistira, juga menyebutkan bahwa PBESI kedepannya akan terbuka untuk siapapun yang ingin berkonsultasi terkait hukum atau urusan legal esports,
“Ketika mau sign suatu kontrak, yang pertama harus dilihat itu judulnya. Kemudian mungkin yang lebih baik adalah mencoba untuk mengkonsultasikan. Sekarang kan ada PBESI nih, kita kan ditunjuk untuk melayani ekosistemnya. Jadi kalau teman-teman mau tandatangan suatu kontrak dan minta pendapat hukum dari kita, go ahead datang ke kantor kita. Itu adalah kantor kita bersama."
Debora Imanuella, selaku Senior Vice President UniPin Community yang hadir sebagai moderator menambahkan bahwa webinar ini terselenggara karena belum tersedianya wadah yang melakukan pembahasan secara mendalam mengenai aspek legal dalam esports,
“Berdasarkan riset dari tim Unity, banyak teman-teman yang masih bingung terkait hukum dan hal-hal legal dalam industri ini. Padahal sebagai industri baru yang sedang naik, banyak orang ingin masuk. Semua orang mau jadi pro-player, bikin team, dan sebagainya. Sementara hukumnya belum ada. Semoga webinar ini dapat membuka wawasan teman-teman mahasiswa untuk kedepannya.”
Unity sendiri sejak beberapa bulan terakhir telah aktif mengajak mahasiswa berdiskusi membicarakan sisisisi lain dari industri esports. Mulai dari tren perkembangan, hingga yang terakhir adalah karier di esports entertainment. Update terkait webinar maupun aktivitas Unity lain dapat diakses di halaman instagram @unipincommunity.